21 Maret, 2009

ATRESIA ANI

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK R
DENGAN ATRESIA ANI
TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2008 pukul 12.00 WIB di BPS Sumberdadi desa Sumbergempol Tulungagung.

A. Biodata:
Nama pasien : Radit
Umur : 2 hari
BB lahir/PB : 3000 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak : Ke 1

Nama Ibu/Bapak : Ny. T / Tn. J
Umur : 20 th / 25 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tulungagung

B. Keluhan utama
-

C. Riwayat kesehatan yang lalu
1 Riwayat antenatal
a. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin di BKIA Ibu dan Anak
b. Mendapat imunisasi TT lengkap, 2x. TCPW 4x dan 82 TT selama hamil
c. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1. Diminum sesuai anjuran
d. Tidak ada keluhan selama hamil
e. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun obat-obatan.
f. Tidak ada penyakit menular.
Contohnya: hepatitis, AIDS, Typoid, PMS
g. Tidak ada penyakit menurun.
Contohnya: DM, Hipertensi
h. Tidak ada penyakit menahun.
Contohnya: TBC, Ashma
i. UK: 38 minggu.

2 Riwayat Intranatal
a. Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 6 Januari 2009, pukul 13.00 WIB sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dan ketuban pecah pada tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 wib dengan warna jernih, bau khas, tidak bercampur mekonium.
b. Bayi lahir tanggal 6 Januari 2009 pada pukul 18.00 WIB ditolong oleh bidan, persalinan secara spontan, jenis kelamin perempuan, bayi lahir dengan letak kepala cacat tidak punya anus, faktor penyulit dalam proses persalinan berlangsung.
c. Lama persalinan : Kala I : 12 jam
Kala II : 1 menit
Kala III :15 menit
Kala IV : 2 jam.
d. Obat yang diberikan : Oksitosin 10µ IM.

3 Riwayat Neonatal
a. Bayi lahir secara : Spontan
b. AS : 8
c. BB : 3000 gram
d. LD : 30 cm
e. LK : fo: 34 cm; mo: 35 cm; sob: 32 cm.
f. PB : 50 cm
g. LILA : 11 cm

4 Riwayat Tumbuh kembang

5 Riwayat Imunisasi BBL :
 Hepatitis B
 Polio I / pertama
 BCG

6 Pemberian ASI
Bayi setelah lahir langsung diberikan ASI; reflek menghisap baik

7 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir; dilakukan pengikatan tali pusat.

8 Riwayat Keluarga
o Tidak ada penyakit menular
o Tidak ada riwayat penyakit menurun
o Tidak ada penyakit menahun.

D. Data Psikososial
o Kelahiran bayi ini sangat diharapkan
o Ibu merasa kuatir akan kehamilan dan persalinan

E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
• Nadi : 110 X/menit.
• Respirasi : 32 X/menit.
• Suhu axila :36º Celsius.

2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom. FO: 34, MO: 35, SOB: 32.

3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.

4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.

5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis.

6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.

7. Leher
Tidak ada webbed neck.

8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest, pernafasan normal

9. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur

10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilikus
11. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.

12. Anus
Tidak terdapat anus

13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat

14. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifida

15. Pemeriksaan Reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +

F. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium

Kesimpulan
Bayi dengan Atresia Ani




II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : -
 DO :
TTV :
a. Nadi : 110 X/menit.
b. Respirasi : 32 X/menit.
c. Suhu axsila :36º C
Pemeriksaan Fisik :
a. Mata: simetris, tidak konjungtivistis, tidak ada perdarahan subkonjungtivistiva/sclera, tidak ikhterus, tidak anisocor/nystagamus, tidak epichantus, conjungtiva tampak agak pucat.
b. Abdomen: simetris, teraba hepar, teraba ginjal, tidak terdapat masa/tumor
c. Ekstrimitas (tangan dan kaki); simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap
d. Anus: tidak ada lubang Diagnosa: Atresia Ani


III. IDENTIFIKASI DIAGOSA DAN MASALAH POTENSIAL
 Atresia ani

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
 Colok dubur
 Kolaborasi dengan tim medis




V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Atresia Ani
Tujuan:
1. Menangani atresia ani.
Kriteria keberhasilan
Nadi: 110 x /menit
Respirasi: 32 x/menit
Suhu: 36oC
Keadaan umum bayi baik
Mempunyai anus
2. Membikin lubang anus
Kreteria hasil:
Mempunyai lubang anus untuk BAB
Mekanium keluar dengan lancar 1. BHSP
Rasional : Hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga mempermudah tindakan medis.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk membuat lubang anus.
Rasional : membuat lubang anus untuk mengeluarkan mekonium
3. Beritahu ibu tindakan apa yang akan dilakukan.
Rasional : dengan mengetahui kondisi bayinya ibu menjadi tenang

Implementasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
1. Menjalin hubungan terapeutik antara pasien dengan perawat
2. Membuat anus dengan cara colok dubur agar mekonum keluar
3. Mengajak bicara ibu dan memberi tahu kondisi bayi nya saat ini

Evaluasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
S : Mengerti dan memahami keadaan anak / bayinya.
O : KU: Baik
 Anus: tidak ada anus
 Pola pemeriksaan colok dubur tidak ada lubang anus
A : Atresia ani
P: dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

ASUHAN KEBIDANAN DIARE

Diare
Definisi:
Diare ialah keadaan frekuensi buangn air besar lebih Dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi interal sebagai berikut :
− Infeksi bakteri : Vibrio, E. Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
− Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain — lain.
− Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parental ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
− Malasobsorbsi karbohidrat : disakarida (inteloransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida ( intoleransi glukosa, dan galaktosa).
− Malabsorrpsi lemak
− Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)



Patogeneis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik.
Akibatnya terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
2. Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistatik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tubuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pule.

Patofisiologi
Sebagai akibat diare akan terjadi
1. Kehilangan air dan elekrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah.

Gambaran Klinik
Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare timbul. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercamur dengan empedu. Anus dan daerah sekitrnya timbul lecet karena sering deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh selama diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan. mulut Berta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi riangan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).

Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
Ciri-Ciri Dehidrasi :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dar berat badan
Tanda :
o Turgor kulit kembali cepat
o Mulut dan lidah basah
o Produksi urine normal
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8% dari berat badan
Tanda :
o K/U gelisah atau rewel
o Mata cekung
o Mulut dan lidah kering
o Haus, ingin minum banyak
o Turgor kulit kembali lambat
o Oligorion

c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan > 10% dari berat badan
Tanda :
o Lesu, lunglai, kesadaran menrun
o Mata sangat cekung dan kering
o Tirgor kulit kembali sangat lambat
o Anuria

2. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
3. Hipoglikemia
4. Kejang
5. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

Penatalaksanaan
Medik
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan; jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya)
2. Diatetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan.

1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Cairan per oral; Pada pasien dengan dehidarasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral cairan berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL, dan glukosa. Formula lengkap sering disebut oralit.
b. Cairan Parenteral;



Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Di Bawah 2 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 50
27
125 100
100
200 25
25
25 175
200
350

Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Usia 2 – 5 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 30
50
80 80
80
80 25
25
25 135
155
185
Keterangan :
* PWL : Previus Water Losses (ml/kg BB)
 cairan yang hilang karena muntah
** NWL : Normal Water Losses (ml/kg BB)
 karena urin, penguapan kulit, pernapasan
*** CWL : Concometant Water Losses (ml/kg BB)
 karena diare dan muntah-muntah

Cara memberikan cairan:
a. Belum ada dehidrasi
− Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
− 1 jam pertama: 25-50 ml/kgbb per oral (intragastrik)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum
c. Dehidrasi Sedang
− 1 jam pertama: 50-100 ml/kgbb per oral (sonde)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum

d. Dehidrasi berat
• Untuk anak I bl — 2 th berat badan 3 — 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
• Untuk anak lebih dari 2 — 5 tahun dengan berat badan 10 — 15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBBoralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk anak lebih 5 — 10 tahun dengan BB 15 — 25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 2'/2tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 105 mI/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 11/2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 — 3kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan: Cairan 4: 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na1HCO3 11/2%).
Keeepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).20 jam berikutnya 150 ml/kgBB/20jam atau 2 tetes/kg)3B/menit (1 ml = 15 tetes) stau 11/2tetes/kg) 3B/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg. Kebutuhan cairan 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan : Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 11/2%). Kecepatan cairan sama dengan pada bayi baru lahir.
• Cairan untuk pasien MEP sedang dan beret dengan diare dehidrast berat Misalnya untuk anak umur 1 bulan — 2 bulan dengan berat badan 3 — 10 kg, jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kgBB/24 jam (lihat tabel 3 — 3).
Kecepatan : 4 jam pertama : 60 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg)BB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya : 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 21/2 tetes/kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/mmit (1 ml = 20 tetes)

2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di etas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan
• Susu (ASI dan anak atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejejnis lainnya).
• Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

Cara memberikannya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera beriakan makanan per oral. Bila diberi ASI / susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selang - seling dengan ASI, misalnya 2 kali LSI / susu khusus, 1 kali oralit.
Hari ke — 2 sampai ke — 4: ASI / susu formula rendah laktosa penuh.
Hari ke — 5 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya.

3. Obat — obatan
Prinsip pengolahan diare ialah menggunakan ciran yang hilang melalui tinja dengan atau wpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain gala, air tajin, tepung bergs dan sebagainya).
− Obat anti sekresi :
Asetosal.dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorprtomazim. Dosis 0,5 — 1 mg/kgBB/hari.
− Obat spasmolitik dan lain — lain.
− Antibiotik : Umumnya anti biotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. L
Umur 2 bulan dengan diare
Di RSUD dr.Iskak Tulungagung

I. Pengumpulan data dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 25 Oktober 2008, pukul 08.00 WIB di Bidan Khotijah.

BIODATA
1. Klien
Nama : bayi Ny. L
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : I

2. Orang tua
Nama : Tn B / Ny.L
Umur : 25 tahun / 22 tahun
Agama : Islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Swasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Sumbergempol

Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel, tidak mau menetek dan sering buang air besar 5 – 7x/hari dan sangat encer.


Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Intranatal
Bayi lahir secara spontan pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2008 jam 07.45 WIB, ditolong oleh bidan. AS: 7 – 10, BB: 3000 gr; LD: 20 cm; LK: 34 cm; PB 50 cm; tak ada kelainan konginetal.
2. Riwayat tumbuh kembang
Bayi lahir dengan BB 3000 gram, PB : 50 cm, LD : 32 cm, LK : 35 cm
Reflek : suching +, Rooting +, Moro +/+, Graps +/+
3. Riwayat imunisasi BBL :
o Hepatitis B
o Polio atau pertama
o BCG
4. Perawatan tali pusat :
Perawatan tali pusat dilakukan setelah bayi lahir, di tali rapat dan dibungkus kasa kering.

Pola Kegiatan sehari-hari
Sebelum sakit Selama sakit
A. Pola Nutrisi




B. Pola eliminasi








C. Pola Istirahat

D. Personal Hygiene Sesering mungkin 2 jam sekali minum ASI



BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 6- 8x/hari, warna jernih, tidak ada darah atau Pus

Siang dan malam ± 18 jam

Mandi : 2x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 10 – 12x sehari Minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 4 – 6 sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau pus
Siang dan malam ± 16 jam
Mandi : 1x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 2x sehari

1. Pola Nutrisi
o Sebelum sakit : sesering mungkin minimal 2 jam sekali minum ASI
o Selama sakit : minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
2. Pola eliminasi
o Sebelum sakit :
BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 6 – 8x sehari, warna jernih, tidak ada darah atau PUS.
o Selama sakit :
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 4 – 6x sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau PUS
3. Pola Istirahat
o Sebelum sakit : siang dan malam ± 18 jam
o Selama sakit : siang dan malam ± 16 jam
4. Personal Hygiene
o Sebelum sakit :  mandi : 2 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 10 – 12 x sehari
o Selama sakit :  Mandi : 1 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 2 x sehari

Pola Psikososial
Hubungan orang tua dengan anak anak baik dan merupakan anak yang diingin-inginkan.

Tanda-tanda vital
TTV  Nadi : 154 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 37,5˚C
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan Fisik
1. kepala
simetris, ubun-ubun besar sudah menutup, tidak ada molase, tidak ada caput succedaneum, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan, palpebra tidak odema
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
4. mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir dan palatum sumbing, warna pucat, tidak ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering
Lidah : bersih, tidak glostis, merah jambu
Gusi : Warna merah jambu, tidak gingivitas
5. Telinga
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar teroid, vena jugularis, kelenjar limfe
6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
7. Dada
Simetris, bunyi jantung cepat dan lemah, tidak ada ronchi, wheezing dan mur-mur.
8. Abdomen
Simetris, tidak ada luka pada umbilikal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, turgor berkurang.
9. Anogetalia
Bersih, testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba lubang anus.
10. Ektrimitas
Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak ada lesi atau luka, tidak ada gangguan pergerakan.
11. Pungung
Simetris, tidak ada luka/lesi, bersih
12. Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
13. Status Gizi
a. Sebelum sakit
○ BB :3900 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm
b. Selama sakit
○ BB :3850 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm

Pemeriksaan Penunjang
− HB 12,1 gr%
− Leukosit 13500/cmm
− Hematokrit 37%
− Trombosit 483000 cmm

Kesimpulan
Bayi Nyonya L dengan disre ciri-ciri frekuensi buang air lebih dari 4x, konsistensi encer, berwarna hijau.

II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang ,a,u bayinya rewel, panas, sering buang air besar dan sangat encer (5 – 7x/hari, berwarna hijau)
Kesadaran umum : Baik
Kesadaran : composmetis
 O :
TTV N:154 x/menit
S = 37,5˚C
R = 40 x/menit
Pemeriksaan Fisik
○ Bibir : Warn apucat dan kering
○ BAB : 5 – 7 x/sehari, warna hijau konsistensi encer
○ Mata : konjungtiva pucat
○ Dada : denyut jantung cepat dan lemah
○ Abdomen : Turgor berkurang dan kembali tiap 4 detik
Diagnosa: Diare

DATA DASAR

 DS: Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel dan tidak mau menetek.
○ Ibu mangatakan selama sakit, anaknya minum ASI tiap 3 jam sekali

 DO: Status gizi
○ Selama sakit berat badan turun 50 gr jadi 3850 gr.
○ Turgor kulit berkurang kembali 4 detik MASALAH

Masalah :
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
○ Dehidrasi, hypoksia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA  Pemasangan Infus Rl
○ Klaborasi dengan Sp.A


V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Diagnosa
Diare
Tujuan:
1. Diare yang diderita klien menjadi sembuh.
Kriteria hasil :
1. BAB kembali normal dengan frekuensi 1-3 x/hari
2. Konsistensi lunak dan warnanya tidak hijau
3. Denyut jantung kembali normal yaitu 120-160 x/menit
4. Pernafasan normal dengan frekuensi 40-60 x/menit 1. BHSP
Rasional:
Dengan membina hubungan saling percaya diharapkan klien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik sehingga memudahkan tindakan medis
2. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
Rasional:
Dengan menjelaskan keadaan pasien diharapkan keluarga klien akan mengerti tentang keadaan pasien saat ini
3. Berikan oralit
Rasional:
Mengurangi BAB bayi
4. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
Rasional:
Dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup (ASI) diharapkan kebutuhan-kebutuhan nutris bayi terpenuhi dan dapat membantu proses penyembuhan
5. Pasang infuse RL
Rasional:
Pemberian infus RL dapat mencegah dehidrasi dan mencegah/mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
6. Bersihkan dengan air DTT pada anus saat BAB
Rasional:
Air DTT merupakan steril sehingga dapat mencegah terjadinya iritasi/infeksi
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional:
Untuk bisa memberikan obat yang terbaik bagi pasien

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 08.00 WIB
1. Membina hubungan saling percaya antara klien/keluarga pasien dengan petugas kesehatan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
3. Memberikan oralit
4. Menganjurkan kepada Ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
5. Memasang infuse RL 12 tetes/menit
6. Membersihkan anus pada saat BAB dengan air DTT
7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 12.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB berkurang menjadi 5-6 x/sehari
O :
○ Bayi nampak lebih tenang
○ Frekuensi BABnya sudah nampak mulai berkurang
○ Konsistensi BABnya sudah tidak encer lagi
○ Denyut jantung 140 x/menit
○ Pernafasannya 30 x/menit.
A: Dx: Diare
P: Rencana keperawatan dilanjutkan nomer 3,4, 5, 6, 7



DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
Kriteria hasil :
− Berat badan bayi naik
− Konjungtiva merah muda
− Bibir tidak pucat dan kering lagi
− Turgor kulit membaik
− Bayi mau menetek pada ibu 1. Anjurkan pada ibu untuk berpantangan terhadap makanan
Rasional:
Hal ini dapat membantu produksi ASI sehingga kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi secara baik
2. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
Rasional:
Hal ini dapat membantu pemenuhan nutrisi sang bayi
3. Anjurkan pada ibu tidak memberikan makanan selain ASI
Rasional:
Usus bayi belum cukup kuat/sempurna untuk menerima makanan sehingga bila diberi makanan malah akan menyebabkan diare

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 13.00 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk tidak berpantangan terhadap makanan: misalnya; telur, daging, ayam, satur, dan lain sebagainya. Hal ini dapat menghambat produksi ASInya.
2. Menganjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya yaitu minimal 2 jam sekali
3. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan makanan/minuman selain ASI karena hal ini dapat menyebabkan diare Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 17.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mau minum, 2 jam sekali minum asi
O :
○ Bayi nampak tenang
○ Berat badan bayi naik menjadi 3875 gr
○ Konjungtiva merah muda
○ Bibit tidak kering
○ Turgor kulit baik
○ Bayi mau menetek
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan ibu untuk mempertahankan agar bayinya mau minum ASI 2 jam sekali

DAFTAR PUSTAKA

Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: FKUI

ATRESIA ESOFAGUS

ATRESIA ESOFAGUS

2.1 PENGERTIAN
Atrseia Esofagus merupakan adanya kesinambungan esophagus secara konginetal yang umumnya disertai fistula trachea esophagei atau ditandai dengan serviks (pengeluaran air liur) yang berlebihan, tercekik, muntah bila makan, cyanosis dan dyspues.
Atresia Esofagus adalah kelainan konginetal dimana segmen atas esophagus berakhir dalam pounch buntu. (dasar-dasar keperawatan maternitas).
Fistula Trakeosofagus adala kelainan konginental dimana struktur embrionik menjadi gagal untuk membagi menjadi esophagus dan trakea yang terpisah menyebabkan suatu celah (fistula) diantara dua struktur.

2.2 GAMBARAN KLINIS
Liur selalu melelh dari mulut banyak dan berbuih
Terjadi aspirasi bila air liur masuk ke dalam trakea
Signosis, terutama pada fistula trakeoesofagus, dikarenakan karena cairan lambung masuk ke dalam paru-paru
Batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis ketika diberi minum
Banyak terjadi pada bayi premature dan kehamilan hidromnian
Pada bayi kurang bulan pemberian minum sering menyebabkan bayi menjadi biru dan apnea tanpa batuk-batuk
Perut bayi tampak buncit karena berisi udara pada fistula trakeosofagus
Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7,5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu, bila kateter di dorong terus akan melingkar-lingkar dalam esophagus yang buntu
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio atau larutan kontras liprodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa


2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Etiologi Umum
Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan konginotal atresia esophagus :
a. Faktor obat
Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan konginetal yaitu thali domine
b. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan konginetal pada janin yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen
c. Faktor gizi

2.3.2 Etilogi khusus
Secara epidemologi anomaly ini terjadi pada umur kehamilan 3 – 6 minggu akibat :
a. Deferensiasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahan diri masing-masing menjadi esophagus dan trakea
b. Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terrjadinya atresia
c. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trakea esophagus. Factor genetic tidak berperan dalam patologis ini

2.4 DIAGNOSA
1. Biasanya disertai kehamilan hydrogen 60% dan hal ini juga yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi yang lahir premature, sebaiknya bila dari anamnesia didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidromnion, hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus dengan kateter no 6 – 10 F. bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10 cm maka dapat di duga terdapat atresia asofagus.
2. bila pada BBL timbul sesak nafas yang disertai dengan air lir yang meleleh, keluar, harus dicurigai atresia esophagus
3. segera setelah diberi minum bayi batuk dan sianosisi karena aspirasi cairan ke dalam jalan nafas
4. diagnosis pasti dapat dibuat dengan foto thorax yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia, pembesaran kontras ke dalam esophagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti
5. perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik, apakah lambung terisis udara atau kosong untuk menunjang adanya fistula trakea esophagus. Hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.

Intervensi keperawatan
deteksi terhadap kelainan
pencegahan aspirasi ketika terdiagnosa
pencapaian fungsi normal setetah operasi

Ketika kelainan ini (atresia esophagus) terdeteksi atau terdiagnosa yang harus dilakukan :
1. Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih rendah pada pasien tanpa fistula trakesofagus. Pada pasien dengan fistula trakeo esophagus ditidurkan setengah duduk.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya regargitasi cairan lambung kedalam paru
2. dilakukan penghisapan lendir terus menerus dan dipasang kateter dalam esophagus (cairan lambung harus erring di hisap)
Rasional : untuk mencegah aspirasi
3. bayi hendaknya dirawat dalam incubator
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya hipotermi
4. bayi dirangsang untuk menangis
Rasional :
Agar paru-paru dapat berkembang
5. Diberi cairan IV sampai tiba saatnya operasi bila operasi dilakukan > 48 jam direspkan “HIPER ALIMENTASI”
Atresia esophagus sebagai kedaruratan bedah, perbaikan esophagus dengan operasi dilakukan dalam 2/3 tahap prosedur tergantung pada kelainan :
jika terdapat jaringan yang cukup ke dua segmen esophagus dijahit menjadi satu disebut end to end anasttomosis.
Bila tidak cukup jaringan 1 siksi calon mungkin ditransplantasikan untuk menghubungkan ujung esophagus ke lambung
Dipasang tube makanan ke lambung melalui gastrostomi sampai luka operasi sembuh
Bila perlu dilakukan trakestomi
6. Perawatan pasca operasi dilakukan dalam ruang perawatan intensif
7. Mulai diberikan makan melalui gastrostomi, selama waktu tersebut bayi diberi suatu peralatan untuk membantu mencapai reflek menghisap dan memberikan kenyamanan.
8. Bila memungkinkan bayi digendong beberapa aktu. Setelah diberi makan per oral, untuk mengurangi derajat strukutur esophagus.
Penyulit yang umum dari serangkaian operasi ini adalah strikfus esophagus (penyempitn bagian esophagus). Anak akan membutuhkan dilatasi untuk mencegah penutuoan seluruh esophagus.
Gambar 37 – 3 (kelainan konginetal esophagus)


Tipe A (8%)
Atrosia esophagus tanpa fistula trakea esofaginal. Kumpulan makanan dan cairan pada esofaus bagian atas dapat menyebabkan aspirasi ke dalam faring.
Tipe B (1%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara trakea dan segmen distal
Tipe C (85%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara trakea dan segmen trakea
Tipe D (1%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara kedua segmen dan trakea

Keterangan :
Defek ini menyebabkan air susu trakea, baik secara langsung (B, D dan E) ataupun secara refleks (A dan C). hal ini menyebabkan batuk dan sianosis selama pemberian ASI, dan diikuti kejadiannya aspirasi bronkopnemonia. Kelainan trakea yang berhubungan dengan bagian dilatasi lambung akibat penelanan udara.

FISIOLOGI PENCERNAAN


1.1 MULUT
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang dimana gusi, gigi, bibir, pipi dan bagian dalam yang terdiri atas rongga mulut.
Fungsi : untuk proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amylase yang akan memecahkan amilum menjadi meitosa.
Bentuk : elips









1.2 FARING
Merupakan saluran pencernan yang terletak di belakang hidung, mulut dan faring
Fungsi : sebagai tempat lewatnya menuju esophagus
Bentuk : faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar dibagian atas yang berjalan hingga vertebra servikal ke enam.

1.3 LAMBUNG
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal (antrum pilorik)
Fungsi :
○ Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
○ Untuk mensekresi pepsin dan Hcl yang akan memecah protein menjadi peptin
Bentuk : seperti kacang















1.4 USUS HALUS
Merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup, usus halus terdiri dari 3 bagian yang duodenum dengan panjang ± 2 m dan neum dengan panjang ± 1 m atau 3/5 akhir.
Bentuk : seperti tabung dan berlipat-lipat
Fungsi :
○ Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kepiler darah dan saluran-saluran limfe
○ Mnyerap protein dalam bentuk asam amino
○ Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
○ Sebagai tempat terjadinya proses pencernaan dan absorbsi dan hasil pencernaan.


1.5 USUS BESAR
Merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup-katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan dan memiliki panjang ± 1,5 m
Fungsi :
○ Menyerap air dari makanan
○ Tempat tinggal bakteri koli
○ Tempat feses
○ Untuk menyintensis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan













1.3 ESOFAGUS
Fungsi utama esophagus adalah menghantarkan makanan dari faring ke lambung dan pergerakannya di susun untuk fungsi ini.
Esophagus adalah suatu tabung otot dengan panjang 25 cm. terletak dari leher ke bawahmediastinum poestior dan melalui diafragma menuju lambung. Esophagus inii dilapisi oleh epitel skuomosa berlapis tidak berkretein dan berubah mendadak menjadi epitel gaster pada taut gastroesofageal. Taut ini biasanya 37 – 40 cm dari gigi seri dan secara endoskopi diidentifikasikan sebagai perubahan bentuk dari mukosa skuomosaputih menjadi mukosa glandular kecoklatan.
Esophagus mempunyai daerah fisiologis bertekanan tinggi pada setiap ujungnya yang berfungsi sebgaia sfingter. Tidak ada sfingter onatomis pada setiap ujung ini. Bagian atas sfingter krikofaringel mencegah masuknya udara dan isi faring kedalam esophagus kecuali ketika menelan dan sfingter esophageal bagian bawah atau kardiak mencegah refluk asam lambung ke esophagus.
Deguitisi (penelanan) adalah reflek yang dimulai ketika bolus makanan merangsang ujung saraf mukosa dinding belakang faring. Implus eferen dari pusat deglutisi batang otak menyebabkan kontraksi otot faring dan relaksasi sfingter kikofaringeal yang menyebabkan masuknya makanan ke esophagus dan memulai peristalik.
Peristalik terjadi karena gelombang kontraksi dan relaksasi otot esophagus berturut-turut yang menyebabkan makanan turun ke esofagus. Gerakan peristaltic di koordinasi oleh plekus mienterikus. Terdapat 3 gerakan peristaltic yaitu :
1. gelombang pertama berasal dari bagian bawah faring dan turun melalui seluruh esophagus
2. gelombang kedua berasal dari pertengahan esophagus dan turun menuju lambung
3. gelombang ketiga merupakan kontraksi tidak teratur Segmen dinding.
Gelombang pertama dan kedua adalah gerakan mendorong, sedangkan yang ketiga gelombang peristaltic yang mendorong (gelombang 1 dan 2) mencapai bagian bawah esophagus, sfingter esophageal bagian bawah mengalami relaksasi yang menyebabkan makanan memasuki lambung.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.RINA
DENGAN ATRESIA ESOFAGUS
DI BPS SITI MUNAWAROH SUMBERGEMPOL
TULUNGAGUNG

I. Pengumpulan data dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 24 Desember 2008, pukul 10.00 WIB di BPS Siti MUnawaroh Sumbergempol Tulungagung.

1.1 BIODATA
1. Klien
Nama : bayi Ny. Rina
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 24 Desember 2008
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : I

2. Orang tua
Nama : Tn Sumito / Ny.Rina
Umur : 27 tahun / 25 tahun
Agama : Islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds.Sumbergempol Tulungagung

1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak disusu pertama bayinya tersedak dan asi keluar dari mulut dan ibu mengatakan bayinya mengeluarkan air liur dari mulutnya.




1.3 Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Riwayat Intranatal
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya / ANC kebidanan :
Trimester I 2 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III : 4 kali
Selama hamil ibu melakukan ANC sebanyak 9 kali
Ibu mengatakan imunisasi TT lengkap selama kehamilan
Ibu mengatakan obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vitamin C, Vitamin B6, Vitamin B.
Keluhan selama hamil
TM I : mual dan muntah pada pagi hari
TM II : tidak ada keluhan
TM III : sering kencing
Ibu tidak ada riwaayt alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan.
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular
Contoh : hepatitis, AIDS, PMS
Ibu mengatakan tidak ada penyakit Menahun
Contoh : Asma, TBC
UK : 40 minggu
Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan serta minum jamu-jamuan
b. Riwayat Intranatal
Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 23 Desember 2008. pukul 21.00 WIB, sifat adekuat, kontraksi 5 kali dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah, ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 24 Desember 2008 pukul 09.00 WIB ditolong oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan ervaginam. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 2900 gram. Panjang badan 48 cm, lingkar dada 31 cm. selama persalinan tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat fisik, plasenta lahir pada pukul 08.05 WIB dengan cara spontan pada saat persalinan.
Lama persalinan :
Kala I : 8 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
Obat yang diberikan adalah oksitosin 10 unit
Untuk bayi hepatitis B I mg
c. Riwayat neonatal
Bayi lahir secara spontan
Apgar score : 6 – 7
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar dada :
Lingkar kepala : 34 cm
Makanan : asi
Perawatan selama bayi : Mandi dan perawatan tali pusat
d. Riwayat nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan terhadap makan atau minuman tertentu.
e. Riwayat tumbuh kembag
Bayi lahir dengan berat badan 2900 gram, panjang cm, lingkar dada cm. lingkar kepala cm. reflek suching +, reflek rooting +, reflek moro +/+, reflek Gips +/+, reflek plantar +/+.

1.4 Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Setelah bayi diberi asi bayi tersedak dan sejak itu bayinya terus mengeluarkan air liur dari mulutnya.

2. Pola eliminasi
Setelah lahir : BAB 1 kali, warna hitan kehijauan, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada pus atau darah.
3. Pola istirahat
Setelah lahir : bayi belum tidur
4. Pola hygiene
Setelah lahir : bayi belum dimandikan, ganti popok 2 kali
5. Tanda-tanda vital
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 388˚C
6. Perawatan fisik
kepala
simetris, Fontanel mayor dan minor, tidak ada caput succe atau chepal hoematoma, tidak ada benjolan abnormal lainnya.
Mata
Simetris, ada sedikit secret , palpebra tidak odema, sclera putih.
Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering
Lidah : bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi : Warna merah jambu, tidak gingivitas
Telinga
Simetris, tidak OMP, bersih, tidak ada serumen
Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar, tidak ada ronchi, wheezing dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
Abdomen
Simetris, tali pusat bersih, tidak ada pembesaran dinding abdomen, tidak ada nyeri tekan
Genetalia
Testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba lubang anus.
Ekstremitas atas
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sinopsis di ujung jari, bibir
Ekstrimitas bawah
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sianosis di ujung akral
Punggung
Simetris, bersih, tidak ada luka / lesi, tidak ada lanuga
Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada hari kamis, 24 Desember 2008 pukul 10.00 WIB. Telah dilakukan pernafasan sonde dan berhenti 8 cm dan hasilnya tidak dapat masuk dalam lambung.
Kesimpulan
Bayi Nyonya Rina dengan atresia esophagus dengan cirri-ciri bayi rewel, tersedak saat minum susu (ASI), air liur sering keluar, dan sering sianosis setelah tersedak.

II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : Ibu mengatakan bahwa sejak bayinya lahir, bayinya selalu mengeluarkan air liur dan jika diberi asi, asinya selalu keluar lagi dan bayinya sering kebiru-biruan (sianosing) setetlah tersedak.
 O :
○ KU lemah
○ S : 388˚C
○ R : 40 x/menit
○ N : 126 x/menit
○ Bayi rewel
○ Sering sianosisi karena tersedak
○ Air liur sering kaluar
○ Bibir pucat, kering Diagnosa:
Susper atresia esofagus



III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
○ Atresia esofagus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
○ Klaborasi dengan dokter spesialis anak
○ Merujuk ke rumah sakit


Diagnosa / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Susper atersia esofagus
Tujuan:
atresia esofagus dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. bayi tidak tersedak saat minum asi
2. bayi tidak sianosis
3. bayi tidak mengeluarkan air liur lagi 1. Bina hubungan saling percaya antara kelaurga pasien dengan tenaga kesehatan
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan medis
2. anjurkan pada ibu atau keluarga untuk foto rontgen bayinya.
Rasional:
Untuk memastikan adanya atresia esofagus atau tidak
3. anjurkan pada ibu untuk tidak menyusui bayinya untuk sementara waktu
Rasional:
Untuk mencegah agar bayi tidak tersedak dan menangis
4. lakukan pemasangan NGT
Rasional:
Untuk mengetahui adanya atresia esofagus atau tidak. Jika selang NGT masuk < 10 cm dan tidak bisa masuk sampai lambuing atau saat dites tidak ada gelembung udara berarti bayi mengalami atresia esofagus



Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Desember 2008 Pukul 11.30 WIB
1. Membina hubungan saling percaya antara klien/keluarga pasien dengan petugas kesehatan
2. menganjurkan kepada ibu atau keluarga untuk foto roentgen bayinya
3. Menganjurkan kepada Ibu untuk tidak menyusui bayinya sementara waktu
4. melakukan pemasangan NGT Dilakukan pada hari kamis 24 Desember 2008 pukul 13.00 WIB.
S :
Ibu mengatakan bahwa beliau mengerti atas penjelasa yang diberikan oleh bidan
O :
○ KU lemah
○ N : 90 x/menit
○ S : 387˚C
○ Rr : 42 x/menit
○ Air liur keluar dari mulut
○ Bayi mengalami sianosis
○ Bayi sering tersedak sat minum asi
○ Bibir pucat dan kering
A: Atresia uteri
P: berkolaborasi dan merujuk ke fasilitas yang dilakukan
○ Memposisikan pasien semi fowler
○ Melakukan pengisian lendir
○ Memasang O2 jika terjadi sianosis

Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Home Design. Powered by Blogger