21 Maret, 2009

ATRESIA ANI

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK R
DENGAN ATRESIA ANI
TINJAUAN KASUS

I. DATA DASAR
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 20 Oktober 2008 pukul 12.00 WIB di BPS Sumberdadi desa Sumbergempol Tulungagung.

A. Biodata:
Nama pasien : Radit
Umur : 2 hari
BB lahir/PB : 3000 gram
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak : Ke 1

Nama Ibu/Bapak : Ny. T / Tn. J
Umur : 20 th / 25 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tulungagung

B. Keluhan utama
-

C. Riwayat kesehatan yang lalu
1 Riwayat antenatal
a. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin di BKIA Ibu dan Anak
b. Mendapat imunisasi TT lengkap, 2x. TCPW 4x dan 82 TT selama hamil
c. Obat-obat yang pernah diminum : Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1. Diminum sesuai anjuran
d. Tidak ada keluhan selama hamil
e. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun obat-obatan.
f. Tidak ada penyakit menular.
Contohnya: hepatitis, AIDS, Typoid, PMS
g. Tidak ada penyakit menurun.
Contohnya: DM, Hipertensi
h. Tidak ada penyakit menahun.
Contohnya: TBC, Ashma
i. UK: 38 minggu.

2 Riwayat Intranatal
a. Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 6 Januari 2009, pukul 13.00 WIB sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dan ketuban pecah pada tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 wib dengan warna jernih, bau khas, tidak bercampur mekonium.
b. Bayi lahir tanggal 6 Januari 2009 pada pukul 18.00 WIB ditolong oleh bidan, persalinan secara spontan, jenis kelamin perempuan, bayi lahir dengan letak kepala cacat tidak punya anus, faktor penyulit dalam proses persalinan berlangsung.
c. Lama persalinan : Kala I : 12 jam
Kala II : 1 menit
Kala III :15 menit
Kala IV : 2 jam.
d. Obat yang diberikan : Oksitosin 10µ IM.

3 Riwayat Neonatal
a. Bayi lahir secara : Spontan
b. AS : 8
c. BB : 3000 gram
d. LD : 30 cm
e. LK : fo: 34 cm; mo: 35 cm; sob: 32 cm.
f. PB : 50 cm
g. LILA : 11 cm

4 Riwayat Tumbuh kembang

5 Riwayat Imunisasi BBL :
 Hepatitis B
 Polio I / pertama
 BCG

6 Pemberian ASI
Bayi setelah lahir langsung diberikan ASI; reflek menghisap baik

7 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir; dilakukan pengikatan tali pusat.

8 Riwayat Keluarga
o Tidak ada penyakit menular
o Tidak ada riwayat penyakit menurun
o Tidak ada penyakit menahun.

D. Data Psikososial
o Kelahiran bayi ini sangat diharapkan
o Ibu merasa kuatir akan kehamilan dan persalinan

E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
• Nadi : 110 X/menit.
• Respirasi : 32 X/menit.
• Suhu axila :36º Celsius.

2. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom. FO: 34, MO: 35, SOB: 32.

3. Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.

4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.

5. Mulut
Bibir simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis.

6. Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk sempurna.

7. Leher
Tidak ada webbed neck.

8. Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest, pernafasan normal

9. Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur

10. Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilikus
11. Getalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.

12. Anus
Tidak terdapat anus

13. Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat

14. Punggung
Tidak ada penonjolan spina gifida

15. Pemeriksaan Reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +

F. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium

Kesimpulan
Bayi dengan Atresia Ani




II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : -
 DO :
TTV :
a. Nadi : 110 X/menit.
b. Respirasi : 32 X/menit.
c. Suhu axsila :36º C
Pemeriksaan Fisik :
a. Mata: simetris, tidak konjungtivistis, tidak ada perdarahan subkonjungtivistiva/sclera, tidak ikhterus, tidak anisocor/nystagamus, tidak epichantus, conjungtiva tampak agak pucat.
b. Abdomen: simetris, teraba hepar, teraba ginjal, tidak terdapat masa/tumor
c. Ekstrimitas (tangan dan kaki); simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap
d. Anus: tidak ada lubang Diagnosa: Atresia Ani


III. IDENTIFIKASI DIAGOSA DAN MASALAH POTENSIAL
 Atresia ani

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
 Colok dubur
 Kolaborasi dengan tim medis




V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Atresia Ani
Tujuan:
1. Menangani atresia ani.
Kriteria keberhasilan
Nadi: 110 x /menit
Respirasi: 32 x/menit
Suhu: 36oC
Keadaan umum bayi baik
Mempunyai anus
2. Membikin lubang anus
Kreteria hasil:
Mempunyai lubang anus untuk BAB
Mekanium keluar dengan lancar 1. BHSP
Rasional : Hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga mempermudah tindakan medis.
2. Kolaborasi dengan tim medis untuk membuat lubang anus.
Rasional : membuat lubang anus untuk mengeluarkan mekonium
3. Beritahu ibu tindakan apa yang akan dilakukan.
Rasional : dengan mengetahui kondisi bayinya ibu menjadi tenang

Implementasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
1. Menjalin hubungan terapeutik antara pasien dengan perawat
2. Membuat anus dengan cara colok dubur agar mekonum keluar
3. Mengajak bicara ibu dan memberi tahu kondisi bayi nya saat ini

Evaluasi

Dilakukan pada tanggal 6 Januari 2009 pukul
S : Mengerti dan memahami keadaan anak / bayinya.
O : KU: Baik
 Anus: tidak ada anus
 Pola pemeriksaan colok dubur tidak ada lubang anus
A : Atresia ani
P: dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

ASUHAN KEBIDANAN DIARE

Diare
Definisi:
Diare ialah keadaan frekuensi buangn air besar lebih Dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi interal sebagai berikut :
− Infeksi bakteri : Vibrio, E. Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
− Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain — lain.
− Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parental ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
− Malasobsorbsi karbohidrat : disakarida (inteloransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida ( intoleransi glukosa, dan galaktosa).
− Malabsorrpsi lemak
− Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)



Patogeneis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik.
Akibatnya terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
2. Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistatik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tubuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pule.

Patofisiologi
Sebagai akibat diare akan terjadi
1. Kehilangan air dan elekrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah.

Gambaran Klinik
Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare timbul. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercamur dengan empedu. Anus dan daerah sekitrnya timbul lecet karena sering deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh selama diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan. mulut Berta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi riangan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).

Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
Ciri-Ciri Dehidrasi :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dar berat badan
Tanda :
o Turgor kulit kembali cepat
o Mulut dan lidah basah
o Produksi urine normal
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8% dari berat badan
Tanda :
o K/U gelisah atau rewel
o Mata cekung
o Mulut dan lidah kering
o Haus, ingin minum banyak
o Turgor kulit kembali lambat
o Oligorion

c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan > 10% dari berat badan
Tanda :
o Lesu, lunglai, kesadaran menrun
o Mata sangat cekung dan kering
o Tirgor kulit kembali sangat lambat
o Anuria

2. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
3. Hipoglikemia
4. Kejang
5. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

Penatalaksanaan
Medik
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan; jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya)
2. Diatetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan.

1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Cairan per oral; Pada pasien dengan dehidarasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral cairan berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL, dan glukosa. Formula lengkap sering disebut oralit.
b. Cairan Parenteral;



Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Di Bawah 2 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 50
27
125 100
100
200 25
25
25 175
200
350

Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Usia 2 – 5 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 30
50
80 80
80
80 25
25
25 135
155
185
Keterangan :
* PWL : Previus Water Losses (ml/kg BB)
 cairan yang hilang karena muntah
** NWL : Normal Water Losses (ml/kg BB)
 karena urin, penguapan kulit, pernapasan
*** CWL : Concometant Water Losses (ml/kg BB)
 karena diare dan muntah-muntah

Cara memberikan cairan:
a. Belum ada dehidrasi
− Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
− 1 jam pertama: 25-50 ml/kgbb per oral (intragastrik)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum
c. Dehidrasi Sedang
− 1 jam pertama: 50-100 ml/kgbb per oral (sonde)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum

d. Dehidrasi berat
• Untuk anak I bl — 2 th berat badan 3 — 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
• Untuk anak lebih dari 2 — 5 tahun dengan berat badan 10 — 15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBBoralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk anak lebih 5 — 10 tahun dengan BB 15 — 25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 2'/2tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 105 mI/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 11/2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 — 3kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan: Cairan 4: 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na1HCO3 11/2%).
Keeepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).20 jam berikutnya 150 ml/kgBB/20jam atau 2 tetes/kg)3B/menit (1 ml = 15 tetes) stau 11/2tetes/kg) 3B/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg. Kebutuhan cairan 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan : Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 11/2%). Kecepatan cairan sama dengan pada bayi baru lahir.
• Cairan untuk pasien MEP sedang dan beret dengan diare dehidrast berat Misalnya untuk anak umur 1 bulan — 2 bulan dengan berat badan 3 — 10 kg, jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kgBB/24 jam (lihat tabel 3 — 3).
Kecepatan : 4 jam pertama : 60 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg)BB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya : 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 21/2 tetes/kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/mmit (1 ml = 20 tetes)

2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di etas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan
• Susu (ASI dan anak atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejejnis lainnya).
• Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

Cara memberikannya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera beriakan makanan per oral. Bila diberi ASI / susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selang - seling dengan ASI, misalnya 2 kali LSI / susu khusus, 1 kali oralit.
Hari ke — 2 sampai ke — 4: ASI / susu formula rendah laktosa penuh.
Hari ke — 5 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya.

3. Obat — obatan
Prinsip pengolahan diare ialah menggunakan ciran yang hilang melalui tinja dengan atau wpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain gala, air tajin, tepung bergs dan sebagainya).
− Obat anti sekresi :
Asetosal.dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorprtomazim. Dosis 0,5 — 1 mg/kgBB/hari.
− Obat spasmolitik dan lain — lain.
− Antibiotik : Umumnya anti biotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. L
Umur 2 bulan dengan diare
Di RSUD dr.Iskak Tulungagung

I. Pengumpulan data dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 25 Oktober 2008, pukul 08.00 WIB di Bidan Khotijah.

BIODATA
1. Klien
Nama : bayi Ny. L
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : I

2. Orang tua
Nama : Tn B / Ny.L
Umur : 25 tahun / 22 tahun
Agama : Islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Swasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Sumbergempol

Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel, tidak mau menetek dan sering buang air besar 5 – 7x/hari dan sangat encer.


Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Intranatal
Bayi lahir secara spontan pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2008 jam 07.45 WIB, ditolong oleh bidan. AS: 7 – 10, BB: 3000 gr; LD: 20 cm; LK: 34 cm; PB 50 cm; tak ada kelainan konginetal.
2. Riwayat tumbuh kembang
Bayi lahir dengan BB 3000 gram, PB : 50 cm, LD : 32 cm, LK : 35 cm
Reflek : suching +, Rooting +, Moro +/+, Graps +/+
3. Riwayat imunisasi BBL :
o Hepatitis B
o Polio atau pertama
o BCG
4. Perawatan tali pusat :
Perawatan tali pusat dilakukan setelah bayi lahir, di tali rapat dan dibungkus kasa kering.

Pola Kegiatan sehari-hari
Sebelum sakit Selama sakit
A. Pola Nutrisi




B. Pola eliminasi








C. Pola Istirahat

D. Personal Hygiene Sesering mungkin 2 jam sekali minum ASI



BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 6- 8x/hari, warna jernih, tidak ada darah atau Pus

Siang dan malam ± 18 jam

Mandi : 2x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 10 – 12x sehari Minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 4 – 6 sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau pus
Siang dan malam ± 16 jam
Mandi : 1x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 2x sehari

1. Pola Nutrisi
o Sebelum sakit : sesering mungkin minimal 2 jam sekali minum ASI
o Selama sakit : minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
2. Pola eliminasi
o Sebelum sakit :
BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 6 – 8x sehari, warna jernih, tidak ada darah atau PUS.
o Selama sakit :
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 4 – 6x sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau PUS
3. Pola Istirahat
o Sebelum sakit : siang dan malam ± 18 jam
o Selama sakit : siang dan malam ± 16 jam
4. Personal Hygiene
o Sebelum sakit :  mandi : 2 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 10 – 12 x sehari
o Selama sakit :  Mandi : 1 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 2 x sehari

Pola Psikososial
Hubungan orang tua dengan anak anak baik dan merupakan anak yang diingin-inginkan.

Tanda-tanda vital
TTV  Nadi : 154 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 37,5˚C
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan Fisik
1. kepala
simetris, ubun-ubun besar sudah menutup, tidak ada molase, tidak ada caput succedaneum, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan, palpebra tidak odema
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
4. mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir dan palatum sumbing, warna pucat, tidak ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering
Lidah : bersih, tidak glostis, merah jambu
Gusi : Warna merah jambu, tidak gingivitas
5. Telinga
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar teroid, vena jugularis, kelenjar limfe
6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
7. Dada
Simetris, bunyi jantung cepat dan lemah, tidak ada ronchi, wheezing dan mur-mur.
8. Abdomen
Simetris, tidak ada luka pada umbilikal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, turgor berkurang.
9. Anogetalia
Bersih, testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba lubang anus.
10. Ektrimitas
Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak ada lesi atau luka, tidak ada gangguan pergerakan.
11. Pungung
Simetris, tidak ada luka/lesi, bersih
12. Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
13. Status Gizi
a. Sebelum sakit
○ BB :3900 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm
b. Selama sakit
○ BB :3850 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm

Pemeriksaan Penunjang
− HB 12,1 gr%
− Leukosit 13500/cmm
− Hematokrit 37%
− Trombosit 483000 cmm

Kesimpulan
Bayi Nyonya L dengan disre ciri-ciri frekuensi buang air lebih dari 4x, konsistensi encer, berwarna hijau.

II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang ,a,u bayinya rewel, panas, sering buang air besar dan sangat encer (5 – 7x/hari, berwarna hijau)
Kesadaran umum : Baik
Kesadaran : composmetis
 O :
TTV N:154 x/menit
S = 37,5˚C
R = 40 x/menit
Pemeriksaan Fisik
○ Bibir : Warn apucat dan kering
○ BAB : 5 – 7 x/sehari, warna hijau konsistensi encer
○ Mata : konjungtiva pucat
○ Dada : denyut jantung cepat dan lemah
○ Abdomen : Turgor berkurang dan kembali tiap 4 detik
Diagnosa: Diare

DATA DASAR

 DS: Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel dan tidak mau menetek.
○ Ibu mangatakan selama sakit, anaknya minum ASI tiap 3 jam sekali

 DO: Status gizi
○ Selama sakit berat badan turun 50 gr jadi 3850 gr.
○ Turgor kulit berkurang kembali 4 detik MASALAH

Masalah :
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
○ Dehidrasi, hypoksia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA  Pemasangan Infus Rl
○ Klaborasi dengan Sp.A


V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Diagnosa
Diare
Tujuan:
1. Diare yang diderita klien menjadi sembuh.
Kriteria hasil :
1. BAB kembali normal dengan frekuensi 1-3 x/hari
2. Konsistensi lunak dan warnanya tidak hijau
3. Denyut jantung kembali normal yaitu 120-160 x/menit
4. Pernafasan normal dengan frekuensi 40-60 x/menit 1. BHSP
Rasional:
Dengan membina hubungan saling percaya diharapkan klien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik sehingga memudahkan tindakan medis
2. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
Rasional:
Dengan menjelaskan keadaan pasien diharapkan keluarga klien akan mengerti tentang keadaan pasien saat ini
3. Berikan oralit
Rasional:
Mengurangi BAB bayi
4. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
Rasional:
Dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup (ASI) diharapkan kebutuhan-kebutuhan nutris bayi terpenuhi dan dapat membantu proses penyembuhan
5. Pasang infuse RL
Rasional:
Pemberian infus RL dapat mencegah dehidrasi dan mencegah/mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
6. Bersihkan dengan air DTT pada anus saat BAB
Rasional:
Air DTT merupakan steril sehingga dapat mencegah terjadinya iritasi/infeksi
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional:
Untuk bisa memberikan obat yang terbaik bagi pasien

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 08.00 WIB
1. Membina hubungan saling percaya antara klien/keluarga pasien dengan petugas kesehatan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
3. Memberikan oralit
4. Menganjurkan kepada Ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
5. Memasang infuse RL 12 tetes/menit
6. Membersihkan anus pada saat BAB dengan air DTT
7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 12.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB berkurang menjadi 5-6 x/sehari
O :
○ Bayi nampak lebih tenang
○ Frekuensi BABnya sudah nampak mulai berkurang
○ Konsistensi BABnya sudah tidak encer lagi
○ Denyut jantung 140 x/menit
○ Pernafasannya 30 x/menit.
A: Dx: Diare
P: Rencana keperawatan dilanjutkan nomer 3,4, 5, 6, 7



DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
Kriteria hasil :
− Berat badan bayi naik
− Konjungtiva merah muda
− Bibir tidak pucat dan kering lagi
− Turgor kulit membaik
− Bayi mau menetek pada ibu 1. Anjurkan pada ibu untuk berpantangan terhadap makanan
Rasional:
Hal ini dapat membantu produksi ASI sehingga kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi secara baik
2. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
Rasional:
Hal ini dapat membantu pemenuhan nutrisi sang bayi
3. Anjurkan pada ibu tidak memberikan makanan selain ASI
Rasional:
Usus bayi belum cukup kuat/sempurna untuk menerima makanan sehingga bila diberi makanan malah akan menyebabkan diare

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 13.00 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk tidak berpantangan terhadap makanan: misalnya; telur, daging, ayam, satur, dan lain sebagainya. Hal ini dapat menghambat produksi ASInya.
2. Menganjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya yaitu minimal 2 jam sekali
3. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan makanan/minuman selain ASI karena hal ini dapat menyebabkan diare Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 17.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mau minum, 2 jam sekali minum asi
O :
○ Bayi nampak tenang
○ Berat badan bayi naik menjadi 3875 gr
○ Konjungtiva merah muda
○ Bibit tidak kering
○ Turgor kulit baik
○ Bayi mau menetek
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan ibu untuk mempertahankan agar bayinya mau minum ASI 2 jam sekali

DAFTAR PUSTAKA

Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: FKUI

ATRESIA ESOFAGUS

ATRESIA ESOFAGUS

2.1 PENGERTIAN
Atrseia Esofagus merupakan adanya kesinambungan esophagus secara konginetal yang umumnya disertai fistula trachea esophagei atau ditandai dengan serviks (pengeluaran air liur) yang berlebihan, tercekik, muntah bila makan, cyanosis dan dyspues.
Atresia Esofagus adalah kelainan konginetal dimana segmen atas esophagus berakhir dalam pounch buntu. (dasar-dasar keperawatan maternitas).
Fistula Trakeosofagus adala kelainan konginental dimana struktur embrionik menjadi gagal untuk membagi menjadi esophagus dan trakea yang terpisah menyebabkan suatu celah (fistula) diantara dua struktur.

2.2 GAMBARAN KLINIS
Liur selalu melelh dari mulut banyak dan berbuih
Terjadi aspirasi bila air liur masuk ke dalam trakea
Signosis, terutama pada fistula trakeoesofagus, dikarenakan karena cairan lambung masuk ke dalam paru-paru
Batuk atau seperti tercekik dan bayi sianosis ketika diberi minum
Banyak terjadi pada bayi premature dan kehamilan hidromnian
Pada bayi kurang bulan pemberian minum sering menyebabkan bayi menjadi biru dan apnea tanpa batuk-batuk
Perut bayi tampak buncit karena berisi udara pada fistula trakeosofagus
Bila dimasukkan kateter melalui mulut sepanjang 7,5 – 10 cm dari bibir, kateter akan terbentur pada ujung esophagus yang buntu, bila kateter di dorong terus akan melingkar-lingkar dalam esophagus yang buntu
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memasukkan pipa radio atau larutan kontras liprodol ke dalam esophagus dan dibuat foto toraks biasa


2.3 ETIOLOGI
2.3.1 Etiologi Umum
Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan konginotal atresia esophagus :
a. Faktor obat
Salah satu obat yang diketahui dapat menimbulkan kelainan konginetal yaitu thali domine
b. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan konginetal pada janin yang dapat mengakibatkan mutasi pada gen
c. Faktor gizi

2.3.2 Etilogi khusus
Secara epidemologi anomaly ini terjadi pada umur kehamilan 3 – 6 minggu akibat :
a. Deferensiasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahan diri masing-masing menjadi esophagus dan trakea
b. Perkembangan sel endoteral yang tidak lengkap sehingga menyebabkan terrjadinya atresia
c. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trakea esophagus. Factor genetic tidak berperan dalam patologis ini

2.4 DIAGNOSA
1. Biasanya disertai kehamilan hydrogen 60% dan hal ini juga yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi yang lahir premature, sebaiknya bila dari anamnesia didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidromnion, hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus dengan kateter no 6 – 10 F. bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10 cm maka dapat di duga terdapat atresia asofagus.
2. bila pada BBL timbul sesak nafas yang disertai dengan air lir yang meleleh, keluar, harus dicurigai atresia esophagus
3. segera setelah diberi minum bayi batuk dan sianosisi karena aspirasi cairan ke dalam jalan nafas
4. diagnosis pasti dapat dibuat dengan foto thorax yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia, pembesaran kontras ke dalam esophagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti
5. perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik, apakah lambung terisis udara atau kosong untuk menunjang adanya fistula trakea esophagus. Hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.

Intervensi keperawatan
deteksi terhadap kelainan
pencegahan aspirasi ketika terdiagnosa
pencapaian fungsi normal setetah operasi

Ketika kelainan ini (atresia esophagus) terdeteksi atau terdiagnosa yang harus dilakukan :
1. Pasien dibaringkan dengan posisi kepala lebih rendah pada pasien tanpa fistula trakesofagus. Pada pasien dengan fistula trakeo esophagus ditidurkan setengah duduk.
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya regargitasi cairan lambung kedalam paru
2. dilakukan penghisapan lendir terus menerus dan dipasang kateter dalam esophagus (cairan lambung harus erring di hisap)
Rasional : untuk mencegah aspirasi
3. bayi hendaknya dirawat dalam incubator
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya hipotermi
4. bayi dirangsang untuk menangis
Rasional :
Agar paru-paru dapat berkembang
5. Diberi cairan IV sampai tiba saatnya operasi bila operasi dilakukan > 48 jam direspkan “HIPER ALIMENTASI”
Atresia esophagus sebagai kedaruratan bedah, perbaikan esophagus dengan operasi dilakukan dalam 2/3 tahap prosedur tergantung pada kelainan :
jika terdapat jaringan yang cukup ke dua segmen esophagus dijahit menjadi satu disebut end to end anasttomosis.
Bila tidak cukup jaringan 1 siksi calon mungkin ditransplantasikan untuk menghubungkan ujung esophagus ke lambung
Dipasang tube makanan ke lambung melalui gastrostomi sampai luka operasi sembuh
Bila perlu dilakukan trakestomi
6. Perawatan pasca operasi dilakukan dalam ruang perawatan intensif
7. Mulai diberikan makan melalui gastrostomi, selama waktu tersebut bayi diberi suatu peralatan untuk membantu mencapai reflek menghisap dan memberikan kenyamanan.
8. Bila memungkinkan bayi digendong beberapa aktu. Setelah diberi makan per oral, untuk mengurangi derajat strukutur esophagus.
Penyulit yang umum dari serangkaian operasi ini adalah strikfus esophagus (penyempitn bagian esophagus). Anak akan membutuhkan dilatasi untuk mencegah penutuoan seluruh esophagus.
Gambar 37 – 3 (kelainan konginetal esophagus)


Tipe A (8%)
Atrosia esophagus tanpa fistula trakea esofaginal. Kumpulan makanan dan cairan pada esofaus bagian atas dapat menyebabkan aspirasi ke dalam faring.
Tipe B (1%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara trakea dan segmen distal
Tipe C (85%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara trakea dan segmen trakea
Tipe D (1%)
Atresia esophagus dengan fistula diantara kedua segmen dan trakea

Keterangan :
Defek ini menyebabkan air susu trakea, baik secara langsung (B, D dan E) ataupun secara refleks (A dan C). hal ini menyebabkan batuk dan sianosis selama pemberian ASI, dan diikuti kejadiannya aspirasi bronkopnemonia. Kelainan trakea yang berhubungan dengan bagian dilatasi lambung akibat penelanan udara.

FISIOLOGI PENCERNAAN


1.1 MULUT
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar (vestibula), yaitu ruang dimana gusi, gigi, bibir, pipi dan bagian dalam yang terdiri atas rongga mulut.
Fungsi : untuk proses mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sampai merata dengan bantuan enzim amylase yang akan memecahkan amilum menjadi meitosa.
Bentuk : elips









1.2 FARING
Merupakan saluran pencernan yang terletak di belakang hidung, mulut dan faring
Fungsi : sebagai tempat lewatnya menuju esophagus
Bentuk : faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar dibagian atas yang berjalan hingga vertebra servikal ke enam.

1.3 LAMBUNG
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (fundus), bagian utama dan bagian bawah yang horizontal (antrum pilorik)
Fungsi :
○ Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
○ Untuk mensekresi pepsin dan Hcl yang akan memecah protein menjadi peptin
Bentuk : seperti kacang















1.4 USUS HALUS
Merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 m dalam keadaan hidup, usus halus terdiri dari 3 bagian yang duodenum dengan panjang ± 2 m dan neum dengan panjang ± 1 m atau 3/5 akhir.
Bentuk : seperti tabung dan berlipat-lipat
Fungsi :
○ Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kepiler darah dan saluran-saluran limfe
○ Mnyerap protein dalam bentuk asam amino
○ Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
○ Sebagai tempat terjadinya proses pencernaan dan absorbsi dan hasil pencernaan.


1.5 USUS BESAR
Merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katup-katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan dan memiliki panjang ± 1,5 m
Fungsi :
○ Menyerap air dari makanan
○ Tempat tinggal bakteri koli
○ Tempat feses
○ Untuk menyintensis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan













1.3 ESOFAGUS
Fungsi utama esophagus adalah menghantarkan makanan dari faring ke lambung dan pergerakannya di susun untuk fungsi ini.
Esophagus adalah suatu tabung otot dengan panjang 25 cm. terletak dari leher ke bawahmediastinum poestior dan melalui diafragma menuju lambung. Esophagus inii dilapisi oleh epitel skuomosa berlapis tidak berkretein dan berubah mendadak menjadi epitel gaster pada taut gastroesofageal. Taut ini biasanya 37 – 40 cm dari gigi seri dan secara endoskopi diidentifikasikan sebagai perubahan bentuk dari mukosa skuomosaputih menjadi mukosa glandular kecoklatan.
Esophagus mempunyai daerah fisiologis bertekanan tinggi pada setiap ujungnya yang berfungsi sebgaia sfingter. Tidak ada sfingter onatomis pada setiap ujung ini. Bagian atas sfingter krikofaringel mencegah masuknya udara dan isi faring kedalam esophagus kecuali ketika menelan dan sfingter esophageal bagian bawah atau kardiak mencegah refluk asam lambung ke esophagus.
Deguitisi (penelanan) adalah reflek yang dimulai ketika bolus makanan merangsang ujung saraf mukosa dinding belakang faring. Implus eferen dari pusat deglutisi batang otak menyebabkan kontraksi otot faring dan relaksasi sfingter kikofaringeal yang menyebabkan masuknya makanan ke esophagus dan memulai peristalik.
Peristalik terjadi karena gelombang kontraksi dan relaksasi otot esophagus berturut-turut yang menyebabkan makanan turun ke esofagus. Gerakan peristaltic di koordinasi oleh plekus mienterikus. Terdapat 3 gerakan peristaltic yaitu :
1. gelombang pertama berasal dari bagian bawah faring dan turun melalui seluruh esophagus
2. gelombang kedua berasal dari pertengahan esophagus dan turun menuju lambung
3. gelombang ketiga merupakan kontraksi tidak teratur Segmen dinding.
Gelombang pertama dan kedua adalah gerakan mendorong, sedangkan yang ketiga gelombang peristaltic yang mendorong (gelombang 1 dan 2) mencapai bagian bawah esophagus, sfingter esophageal bagian bawah mengalami relaksasi yang menyebabkan makanan memasuki lambung.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.RINA
DENGAN ATRESIA ESOFAGUS
DI BPS SITI MUNAWAROH SUMBERGEMPOL
TULUNGAGUNG

I. Pengumpulan data dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 24 Desember 2008, pukul 10.00 WIB di BPS Siti MUnawaroh Sumbergempol Tulungagung.

1.1 BIODATA
1. Klien
Nama : bayi Ny. Rina
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 24 Desember 2008
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : I

2. Orang tua
Nama : Tn Sumito / Ny.Rina
Umur : 27 tahun / 25 tahun
Agama : Islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds.Sumbergempol Tulungagung

1.2 Keluhan Utama
Ibu mengatakan sejak disusu pertama bayinya tersedak dan asi keluar dari mulut dan ibu mengatakan bayinya mengeluarkan air liur dari mulutnya.




1.3 Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Riwayat Intranatal
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya / ANC kebidanan :
Trimester I 2 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III : 4 kali
Selama hamil ibu melakukan ANC sebanyak 9 kali
Ibu mengatakan imunisasi TT lengkap selama kehamilan
Ibu mengatakan obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vitamin C, Vitamin B6, Vitamin B.
Keluhan selama hamil
TM I : mual dan muntah pada pagi hari
TM II : tidak ada keluhan
TM III : sering kencing
Ibu tidak ada riwaayt alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan.
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular
Contoh : hepatitis, AIDS, PMS
Ibu mengatakan tidak ada penyakit Menahun
Contoh : Asma, TBC
UK : 40 minggu
Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan serta minum jamu-jamuan
b. Riwayat Intranatal
Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 23 Desember 2008. pukul 21.00 WIB, sifat adekuat, kontraksi 5 kali dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah, ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 24 Desember 2008 pukul 09.00 WIB ditolong oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan ervaginam. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 2900 gram. Panjang badan 48 cm, lingkar dada 31 cm. selama persalinan tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat fisik, plasenta lahir pada pukul 08.05 WIB dengan cara spontan pada saat persalinan.
Lama persalinan :
Kala I : 8 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam
Obat yang diberikan adalah oksitosin 10 unit
Untuk bayi hepatitis B I mg
c. Riwayat neonatal
Bayi lahir secara spontan
Apgar score : 6 – 7
Berat badan : 2900 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar dada :
Lingkar kepala : 34 cm
Makanan : asi
Perawatan selama bayi : Mandi dan perawatan tali pusat
d. Riwayat nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan terhadap makan atau minuman tertentu.
e. Riwayat tumbuh kembag
Bayi lahir dengan berat badan 2900 gram, panjang cm, lingkar dada cm. lingkar kepala cm. reflek suching +, reflek rooting +, reflek moro +/+, reflek Gips +/+, reflek plantar +/+.

1.4 Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Setelah bayi diberi asi bayi tersedak dan sejak itu bayinya terus mengeluarkan air liur dari mulutnya.

2. Pola eliminasi
Setelah lahir : BAB 1 kali, warna hitan kehijauan, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada pus atau darah.
3. Pola istirahat
Setelah lahir : bayi belum tidur
4. Pola hygiene
Setelah lahir : bayi belum dimandikan, ganti popok 2 kali
5. Tanda-tanda vital
Nadi : 140 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
Suhu : 388˚C
6. Perawatan fisik
kepala
simetris, Fontanel mayor dan minor, tidak ada caput succe atau chepal hoematoma, tidak ada benjolan abnormal lainnya.
Mata
Simetris, ada sedikit secret , palpebra tidak odema, sclera putih.
Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering
Lidah : bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi : Warna merah jambu, tidak gingivitas
Telinga
Simetris, tidak OMP, bersih, tidak ada serumen
Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
Dada
Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar, tidak ada ronchi, wheezing dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
Abdomen
Simetris, tali pusat bersih, tidak ada pembesaran dinding abdomen, tidak ada nyeri tekan
Genetalia
Testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba lubang anus.
Ekstremitas atas
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sinopsis di ujung jari, bibir
Ekstrimitas bawah
Simetris, tidak ada gangguan pergerakan, tidak ada odema, tidak ada luka, kulit bersih, tidak polidaktil atau sindaktil, sianosis di ujung akral
Punggung
Simetris, bersih, tidak ada luka / lesi, tidak ada lanuga
Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada hari kamis, 24 Desember 2008 pukul 10.00 WIB. Telah dilakukan pernafasan sonde dan berhenti 8 cm dan hasilnya tidak dapat masuk dalam lambung.
Kesimpulan
Bayi Nyonya Rina dengan atresia esophagus dengan cirri-ciri bayi rewel, tersedak saat minum susu (ASI), air liur sering keluar, dan sering sianosis setelah tersedak.

II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : Ibu mengatakan bahwa sejak bayinya lahir, bayinya selalu mengeluarkan air liur dan jika diberi asi, asinya selalu keluar lagi dan bayinya sering kebiru-biruan (sianosing) setetlah tersedak.
 O :
○ KU lemah
○ S : 388˚C
○ R : 40 x/menit
○ N : 126 x/menit
○ Bayi rewel
○ Sering sianosisi karena tersedak
○ Air liur sering kaluar
○ Bibir pucat, kering Diagnosa:
Susper atresia esofagus



III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
○ Atresia esofagus

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
○ Klaborasi dengan dokter spesialis anak
○ Merujuk ke rumah sakit


Diagnosa / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Susper atersia esofagus
Tujuan:
atresia esofagus dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. bayi tidak tersedak saat minum asi
2. bayi tidak sianosis
3. bayi tidak mengeluarkan air liur lagi 1. Bina hubungan saling percaya antara kelaurga pasien dengan tenaga kesehatan
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan medis
2. anjurkan pada ibu atau keluarga untuk foto rontgen bayinya.
Rasional:
Untuk memastikan adanya atresia esofagus atau tidak
3. anjurkan pada ibu untuk tidak menyusui bayinya untuk sementara waktu
Rasional:
Untuk mencegah agar bayi tidak tersedak dan menangis
4. lakukan pemasangan NGT
Rasional:
Untuk mengetahui adanya atresia esofagus atau tidak. Jika selang NGT masuk < 10 cm dan tidak bisa masuk sampai lambuing atau saat dites tidak ada gelembung udara berarti bayi mengalami atresia esofagus



Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada hari kamis tanggal 24 Desember 2008 Pukul 11.30 WIB
1. Membina hubungan saling percaya antara klien/keluarga pasien dengan petugas kesehatan
2. menganjurkan kepada ibu atau keluarga untuk foto roentgen bayinya
3. Menganjurkan kepada Ibu untuk tidak menyusui bayinya sementara waktu
4. melakukan pemasangan NGT Dilakukan pada hari kamis 24 Desember 2008 pukul 13.00 WIB.
S :
Ibu mengatakan bahwa beliau mengerti atas penjelasa yang diberikan oleh bidan
O :
○ KU lemah
○ N : 90 x/menit
○ S : 387˚C
○ Rr : 42 x/menit
○ Air liur keluar dari mulut
○ Bayi mengalami sianosis
○ Bayi sering tersedak sat minum asi
○ Bibir pucat dan kering
A: Atresia uteri
P: berkolaborasi dan merujuk ke fasilitas yang dilakukan
○ Memposisikan pasien semi fowler
○ Melakukan pengisian lendir
○ Memasang O2 jika terjadi sianosis

ASKEB NEONATUS "FIMOSIS"

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

I.Anatomi fisiologi Oran Reproduksi laki-laki
Sistem reproduksi pria terdiri dari genetalia eksterna dan organ-organ interna yang terletak di Rongga Relvis.sistem reproduksi pria mulai berkembang sebagai respon terhadap testosteron selama kehidupan awal janin.pada hakikatnya,testosteron tidak di produksi selama masa kanak-kanak.Testosteron yang diproduksi kembali pada awitan pubertas menstimulasi pertumbuhan dan maturasi struktur reproduksi dan karakteristik sesk skunder. Ukuran dan penampilan genetalia eksterna bervariasi sesuai usia, katurunan, ras dan kebudayaan.
Genetalia pada pria tidak terpisah dengan saluran uretra,berjalan sejajar pada kelamin luar pria.

1.1 Struktur Eksterna
Terdiri dari :
a. Mons pubis
b. Penis
c. Skrotum

Mons pubis
Merupakan rambut di daerah atas simfisis pubis
Pada laki-laki dewasa : panjang, padat, kasar dan ikal, membentuk pola berbentuk intan dari umbilikus ke anus.
Penis
Merupakan organ urinasi dan kopulasi
Terdiri atas batang atau badan dalam glans
Batang penis (korpus) terdiri dari dua karpora kavernasa penis dan satu korpus kauernosum uretra dimana terdapat uretra. Kedua karpora kavernosum penis diliputi oleh jaringan skat yang kuat. Diebut tunika albugenia.
Bagian ujung korpus kavernosum ke arah ujung tempat masuk karpora kavernosum penis. Bagian belakang glans penis ada yang membumbung disebut kolum glandis.
Kedua korpora kovernosa penis dan korpus kavernosum ureta dibungkus oleh fasia penis atau fasia buck
Diantara fasia penis dan kulit terdapat jaringan ikat longgar
Seluruh batang penis diliputi kulit yang tipis dan halus begitu juga dengan glands penis diliputi sebagian atau seluruhnya
Oleh kulit yang merupakan lanjutan di kulit batang penis
Bagian ujung kulit yang membungkus glans penis akan melipat ke dalam dan kemudian melekat pada kolum glandis yang disebut prepusium glandis (kulib)
Bagian dalam preputium glandis terdapat kelenjar sehingga selalu basah, sama sifatnya seperti lapisan mukosa
Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut dan bercampur dengan dokumasi sel-sel epitel dicabut sinegma.
Prepusiam (kult luar), suatu lipatan kulit umumnnya tidak dapat ditarik dan mungkin tidak dapat ditarik selama empat sampai 6 bulan atau bahkan sampai 13 tahun.
Prepusium glandis bagan dalam juga membentuk lipatan terletak ditengah dan dibawah kemudian melekat pada bagian bawah orifisum uretra eksterna disebut frenulum preputii
Frenulum preputii ini letaknya selaras dengan rafe penis dan merupakan lanjutna rafe skrotalis
Berdasarkan penis diperoleh dari :
1) A dorsalis penis, merupakan cabang apudens interna arteri ini berada dibawah fasia buck dan mendarahi jaringan erektil korpus kavernosa penis dan korpus kavernosum uretra.
2) A penis profunds terdapat di dalam korpora kavernosa penis
3) V. Dorsalis penis profunda terletak antara fasia buck, tunika albuingea. Vena ini mengumpulkan darah dari glans penis dan korpus kavernosum uretra. Vena ini melanjutkan diri ke pleksus prostatikus
4) V. Dorsalis penis supervisialis terletak antara kulit dan faria buck. Vena ini mengumpulkan darah dari kulit jaringan subkutan dan akhirnya bermuara pada vena sevena magna.
Persarapan penis diperoleh dari :
1) N.itionguinalis yang berasal dari vertebra lumbal 1 turun ke bawah mensarafi bagian pangkal penis
2) N. Genitofemoralis berasal dari vertebra lumbal I dan vertebra lumbal II turun ke bawah mensarafi pangkal penis dan skrotum
3) N. Dorsalis penis yang merupakan lanjutan N.Pudendus. saraf ini berada dibawah garis buck dan terletak disebelah lateral A. Dorsalis penis memberikan cabang-cabang.
Cabang utama menyarafi bagian dorsum penis kulit, korpora kavernosa penis, glans penis dan preputium glandis. Sedangkan cabang lain mensarafi bagian ventral penis dan frenulum preputii. Jadi semua bagian penis dipersarafi oleh N.dorsalis penis.
Skrotum
Merupakan kantung kulit yang menggantung di dasar pelvis, di depan skrotum terletak penis dan dibelakang skrotum terletak anus.
Skrotum (kandung buah pelir) berupa kantung yang terdiri atas kulit tanpa lemak
Subkutan berisi sedikit jaringan otot, testis (buah pelir) berada dalam pembungkus yang disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari peeritonium
Lapisan dinding abdomen terutama dalam pembentukan dan pembungkus testis, tiap testikuler berhubungan dan bergabung dengan abdomen
Lapisan dalam (peritonium), tunika vaginalis testis mengelilingi skrotum interna dan fasia dinding abdomen, faisa spermatika intarna dan fasia transfersal, dinding abdomen telah melapisi tunika vaginalis
Muskulus kremaster yang timbul dari muskulus obliques internus abdominalis yang menggantungkan testis dapat mengankat testis me..........kemauan dan reflek ejakulasi.
Lapisan luar atau kulit strokum merupakan lanjutan kulit abdomen yang berpigmen mengandungkelenjar sebasea
Kontraksi dan relaksasi otot polos dibawah kulit menyebabkan retraksi testis. Untuk melindunginya dari trauma eksterna dan dingin.
Selama (lingkungan) luar atau suhu dalam tubuh panas (demam), otot relaksasi, membuat testis turun sehingga jauh dari tubuh. Sebaliknya, suhu eksterna yang dingin menstimulasi kontraksi otot sehingga membuat testis dekat ke tubuh

1.2 strutur interna
terdiri dari :
a. testis
b. epididims
c. vesikula siminalis
d. kelenjar prostat
e. kelenjar gulboretralis

a. Testis
Testis merupakan dua kelenjar lonjong kecil yang terdapat di dalam kantong skrotum
Keduanya menggantung pada ikatan jaringan skrotum dan berada spermatik
Pada awalnya testis terletak di dalam abdomen. Kemudian turun melalui kanal inguinalis pada akhir bulan ketujuh kehiudupan janin
Pada bayi yang lahir cukup bulan satu atau kedua testis mungkin masih tetap dalam kanal inguinalis dan penurunan akhir ke dalam kantong skrotum terjadi pada awal pasca natal. Testis harsu berada di dalam skrotum supaya spermatogenesis dapat terjadi
Asal testis sama (homolog) dengan asal ovarium pada wanita
Setiap testis berwarna keputihan, agak pipih pada sisi-sisinya dan mempunyai panjang ± 4 – 5 cm
Jaringan fibrosa putih membungkus setiap testis dan membaginya menajdi beberapa lobulus.
Dalam setap lobulus terdapat satu sampai tiga lobuluus dan kelompok sel interstisial (sel-sel leyding) yang panjang (kira-kira 75 cm), sempit dan berkelak kelok.
Spermatid melekat pada epitel germinal (sel-sel sertoli) di dalam tubulus seminiferus merupakan sel-sel jaringan penyambung dan penyokong (stroma) yang besar dan bertanggung jawab memproduksi hormon androgen testoreon.
Fungsi testis
Adalah bertanggung jawab untuk spermatogenesis dan produksi hormon
Sel-sel seks primitif (spermatogonika) berada di tubulus seminiferus neonatus laki-laki
Spermatogenesis proses maturasi menghasilkan sperma dimulai selama masa puber. Dan secara normal berlangsung terus selama kehidupan seorang pria.
Testis menyekresi hormon seks steroid testosteion dalam jumlah yang di butuhkan untuk pertumbuhan, perkambangan dan fungsi pria normal.
Fungsi Testosteron
Pada umumnya testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh, bahkan selama kehidupan janin.
Testis setelah distimulasi oleh korionik gonadotropin dan plasenta untuk membentuk sejumlah testosteron sepanjang periode perkembangan janin dan selama 10 minggu atau lebih setelah kelahiran, kemudian setelah itu pada dasarnya tidak ada testosteron yang dihasilkan selama kanak-kanak sampai kira-kira usia 10 -13 tahun.
Produksi testosteron meningkat dengan cepat dibawah rangsangan hormon-hormon gonadotropin hipofisis anterior pada awal pubertas dan akan berakhir di sepanjang masa kehidupan. Setelah itu akan menurun dengan cepat diatas usia 50 tahun menajadi 20 – 50% dari nilai puncak pada usia 80 tahun.
Fungsi testostron
Testosteron mulai dibentuk oleh testis janin laki-laki pada sekitar minggu ke 7 masa embrional
Salah satu fungsi utama yang berbeda antara kromosom seks pria dan wanita adalah bahwa kromososm pria menyebabkan rabung genital baru yang berkembang menyekresi testosterin
Penyuntikan sejumlah besar hormon kelamin pria ke dalam hewan yang hamil menyebabkan perkembangan organ-organ seksual jantan walaupun janinnya betina
Pengangkatan testis pada janin pria yang masih muda akan menyebabkan perkembangan organ seks wanita
Oleh karena itu testosteron yang pertama kali disekresi oleh rabung genital dan kemudian oleh testis janin bertanggung jawab terhadap perkembangan-perkembangan vagina
Testosteron tersebut menyebabkan pembentukan kelenjar prostat
Vesikula seminalis dan duktus genitalia sementara pada waktu yang sama terjadi penekanan pembentukan organ genital wanita
Pengaruh dari testosteron yang menyebabkan desensus testis
Testis biasanya turun ke dalam skrotum selaam 2 – 3 bulan terakhir masa kehamilan
Ketika testis menyekresi sejumlah testosteron yang cukup, bila janin pria lahir disertai testis yang tidak turun tetap testisnya normal, maka penyuntikan testosteron dapat menyebabkan testis turun dengan cara yang lazim bila kanalis inguinalis cukup besar untuk dilalui oleh testis
Pemberian hormon gonadotropin dapat merangsang sel-sel leyding tetsis dari anak yang baru lahir untuk menghasilkan testosteron dan dapat juga menyebabkan testis turun
Sehingga rangsangan untuk turunnya testis adalah testosteron
Yang menandakan bahwa testosteron adalah hormon yang penting untuk perkambangan seksual pria selama masa kehidupan janin
Epididims
Setelah terbetuk dalam tubulus seminiterus , sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk melewati epididimis yang panjangnya ± 6 meter
Sperma yang bergerak dari tubuus seminiferus dari bagian awal epididimis adalah sperma yang motil dan tidak dapat membuahi ovum
Akan tetapi setelah sperma berada dalam epididmis selama 18 jam – 24 jam sperma memiliki kemampuan motilitas walaupun beberapa faktor Penghambat protein dalam cairan epdidimis masih mencegah motilitas yang sebenranya sampai setetalh ejakulasi
Setelah ejakulasi sperma memang menjadi motil. Dan juga mampu untuk membuahi ovum dan ini merupakan suatu proses yang disebut pematangan
Sel-sel sertoli dan epitel epididmis menyekresikan suatu cairan makanan khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma
Cairan i ni mengandung hormon, (baik testosteron maupun esterogen)
Enzim-enzim dan nutrisi khusus yang mungkin penting atau bahkan sangat penting untuk pematangan serma
Penyimapanan sperma
Kedua testis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira 120 juta sperma setiap harinya
Sejumlah kecil sperma daat disimpan dalam epididmis, tetapi sebagian besar sperma disimpan dalam vos deforons
Sperma dapat tetap disimpan dan mempertahankan fertilitasnya dalam duktuuus genitalis palinh sedikit selama satu bulan
Selama waktu ini sperma disimpan dalam keadaan in aktif yang sangat ditekan karena banyak bahkan penghambat dalam bahan sekersi duktus
Sebaiknya dengan aktifitas yang tinggi, penyimpanan paling lama tidak lebih dari beberapa hari
Fisiologi sperma yang matang
Motilitas dan fertilitas sperma yang biasanya dimungkinkan karena gerakan flasel melalui medium cairan dengan kecepatan kira-kira 1 – 4 mm/menit
Lebih jauh lagi sperma normal cenderung untuk bergerak lurus daripada dalam gerakan berputar-putar
Aktifitas sperma sangat ditinggikan dalam medium netral dan sedikit basa seperti yang terdapat dalam semen yang diejakulasikan
Tetapi akan sangat ditekan dalam medium yang agak asam medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat
Aktifitas sperma meningkat dengan nyata bersamaan dengan penngkatan suhu
Tetapi demikian juga dengan kecepatan metabolisme menyebabkan hidup sperma dapat sangat dipersingkat
Walaupun sperma dapat hidup selama beberapa minggu dalam duktus genitalis testis. Hidup sperma pada traktus genetalia wanita hanya 1 – 2 hari
Vesikula Seminalis
Merupakan kelanjutan dari epidimis ke kanalis inguinalis
Kemudian duktus ini erjalan masuk kedalam rongga perut terus ke kandung kemih. Dibelakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan vesika seminalis.
Dan selanjutnya membentuk ejalkulatorius dan bermuara di prostat
Panjang duktus deferens 5040 cm berjalan bersama pembuluh darah dan saraf dalam fenikulus spermatikus
Melalui kanalis inguinalis memanjang pada bagian akhir membentuk kumparan disebut ampula duktus deferentika. Terletak dalam osteum vesika seminalis berlanjut sebagai duktus ejakularius yang menembus prostat.
Fungsi vesikula seminalis
Dari awal penelitian anatomi pada vesikula seminalis terdapat keyakinan yang salah bahwa sperma disimpan pada vesika seminalis, yang kemudian menimbulkan nama ”vesikula seminalis”. Akan tetapi strutur ini hanya merupakan kelenjar sekretorik bukan tempat penyimpanan sperma.
Setiap vesikula seminalis merupakan tubus berlokus dan berkrlok yang dilapisi oleh epitel sekretorik yang menyekeresi bahan-bahan mukus yang mengandung banyak fruktosa, asam sitrat, dan bahan nutrisi lainnya, demikian juga dengan prostagladin dan fibrinogen. Selama proses emisis, setiap vesikula seminalis mengeluarkan isinya kedalam duktus ejakulatorius sesaat setelah vas deferens mengeluarkan sperma. Hal ini sangat menambah jumlah semen yang diejakulasi, dan fruktosa serta zat gizi lainnya dalam cairan seminal merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh sperma yang diejakulasikan sampai salah satu dari sperma tersebut membuahi ovum. Prostaglandin diperkirakan membantu proses pembuahan dengan dua cara : (1) bereaksi dengan mukus serviks untuk membuat srviks lebih reseptif terhadap gerakan sperma, dan (2) mungkin menyebabkan kontraksi peristaltik balik dalam uterus dan tuba fallopi untuk menggerakkan spermamencapai ovarium (beberapa sperma mencapai ujung tuba fallopi dalam waktu 5 menit).
Prostat
Merupakan kelenjar yang terletak dibawah vesika urinaria. Mengelilingi uretra dan mendekat pada dinding bawah, vesika urinaria dissektra uretra bagian atas
Besarnya ± sebesar buah kenari
Terdiri dari kelenjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos
Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30 – 50 kelenjar. Yang terbagi atas 4 lobus, yaitu :
1) Lobus posteriri
2) Lobus lateral
3) Lobus anterior
4) Lobus medial
Fungsi kelenjar prostat
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, fosfat, enzim pembeku, dan fibrinolisin. Selama pengisian sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vasdeferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yeng sedikit basa dan cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilasi ovum. Karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya, akan menghambat fertilasi sperma. Juga sekret vagina bersifat asam basa (pH 3,5 sampai 4,0). Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitanya meningkat kira-kira 6 sampai 6,5. akibatnya merupakan suatu kemungkinan bahwa cairan prostat ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.
C. kelenjar bulbouretralis atau cowper
Terletak dibawah prostat
Terdiri dari 2 bagian, masing-masing satu di setiap sisi uretra membarnosa.
2. anomali penis dan uretera
Macam-macam anomali penis dan uretra
○ Hipospandia danepispandia
○ Agnesis dan mikropenis
○ Fimosis
○ Parafimosis
○ Prolaps uretra
○ Infeksi, misal : balantitis
3. Fimosis
A. definisi : keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik ke belakng atau pioksimal, tidak dapat membuka sirkumsisi, dr Sumiardi)
Adalah preputium tidak dapat membuka ditarik kebelakang atau tidak membuka (kapita selekta vol 2)
Adalah ketidak mampuan mampuan kulup zakar unytk diretrasi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi (ilmu kesehatan anak, Nelson)
Penyempitan pada pneputisium, kelainan ini menyebabkan bayi sukar berkemih (www.infosehat.com)
Adalah kelainan yang sering dijumpai dapat bersifat konginetal ataupun dikarenakan infeksi pada kulit preputium sehingga lubang uretra eksterna tertutup sebagian atau seluruhnya (www.fimosis.com)
3.2 etiologi
Kelainan konginetal
Infeksi
Misal : balantitis
3.3 gejala
Preputium tidak dapat ditarik ke arah pangkal penis
Lubang uretra eksterna tertutupi sehingga tampak mengecil
Ujung penis tampak mengelembung
Sukar mengeluarkan urine
Urine keluar sedikit-sedikit
Bayi menangis dan rewel saat berkemih
3.4 penanganan
Jangan sekali-kali membuka secara paksa dan menarik preputium ke pangkal penis, karenahal ini dapat m,enyebabkan parafimosis
Lakukan pekebaran kulit yang menutupi lubang uretra pada bayi-bayi yang belum siap dilakukan sirkumsisi
Observasi pola eliminasi pada BBL
Satukan sirkumsisi (tindakan pembuangan dari sebgaian atau seluruh kulup prepusium) penis
○ Indikasi sirkum sisi
a. agama
b. sosial
c. medis
- fimosisi
- parafimosis
- kondi loma akuminatas
- pencegahan tumor
○ konera indikasi
a. mutlak
- hipospadia
- hemmofili
- diskrasi darah
b. relatif
- infeksi lokal pada penis
- infeksi umum
- diabetes melitus
○ sirkumsisi umum  dilakukan pada anak-anak usia 6 – 12 tahun, kecuali ada indikasi medis seperti fimosis dan lain-lain, maka sirkumsisi dapat dilakukan ada segala umur.

BAB II
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.S Umur 1 Hari Dengan Fimosis
Di BPS Indrawangi Tulungagung

I. Pengumpulan Data Dasar
Pengkajian dilakukan pada hari kamis, 24 Oktober 2008, pukul 09.00 WIB di BPS Indrawangi Tulungagung

BIODATA
1. Klien
Nama : Bayi Ny. S
TTL : Tulungaung, 23 Oktober 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan

2. Orang tua
Nama : Tn. T / Ny. S
Umur : 24 tahun / 21 tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1 Ekonomi / SMA
Pekerjaan : Guru SMA / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sumberangin Tulungagung

Keluhan Utama
-
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat prenatal
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya ANC satu kali pada TM I, dua kali pada TM II dan dua kali pada TM III jadi seluruhnya 5 kali
 Ibu mendapatkan imunisasi TT lengkap
 Ibu mendapatkan tablet Fe, kalk, Vitamin C
 Keluhan selama kehamilan
○ TM I : mual-muntah di pagi hari
○ TM II : tidak ada keluhan
○ TM III : sering kencing
 Ibu tidak mempunyai alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Contoh : hepatitis, AIDS, PMS
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menurun
seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi.
 Ibu mengatakan tidak ada penyakit menahun
seperti Asma, jantung, ipertensi
 UK : 38 / 40 minggu
 Selama hami ibu, ibu tidak mempunyai pantangan terhadap makanan dan minuman obat-obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan.

SISTITIS AKBID UNITA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi kandungan kemih umumnya terjadi pada wanita terutama pada masa reproduksi. Beberapa wanita menderita inveksi kandung kemih semua berulang.
Mengingat pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa Akademi Kebidanan dan untuk memenuhi tugas ASKEB III maka kelompok kami membahas “SISTITIS”

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab sistitis
2. Agar mengetahui cara pengobatan lebih lanjut
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
4. Agar mengetahui cara pencegahannya
5. Menegakkan diagnosa berdasarkan gejala yang kha












BAB II
PEMBAHASAN
SISTITIS

2.1 DEFINISI
Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.


2.2 PENYEBAB
Faktor utama adalah E.Coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra wanita yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di utera untuk masuk ke dalam kandung kemih.
Bakteri dari vagina bisa berpindah dari uretra ke kandung kemih. Wanita sering menderita infeksi kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra mengalami cedera pada saat melakukan hubungan seksual.



Kadang infeksi kandung kemih berulang pada wanita terjadi karena adanya hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina (fistula vesikovaginal). Infeksi kandung kemih jarang terjadi pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang bergerak menuju prostate lalu ke kandung kemih.
Penyebab tersering dari infeksi kandung kemih pada pria adalah infeksi prostate karena bakteri yang bersifat menetap. Antibiotic dengan segera akan melenyapkan bakteri dari air kemih di dalam kandung kemih, tetapi antibiotic tidak dapat menembus prostate dengan baik sehingga tidak dapat meredakan infeksi di dalam prostate. Karena itu, jika pemakaian antobiotik dihentikan, maka bakteri yang berada di dalam prostate akan cenderung kembali menginfeksi kandung kemih.
Hubungan abnormal antara kandung kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang menyebabkan bakteri pembentuk gas masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih. Infeksi ini bisa menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung udara di dalam air kemih (pneumaturia).

2.3 GEJALA DAN TANDA
Hampir 95% infeksi terbatas pada kandung kemih dan sebagian besar wanita hamil dengan sistitis mengeluh nyeri pada daerah supra simpisis atau nyeri saat berkemih (disuria). Gejala dan tanda lain yang sering dijumpai adalah :
Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas atau tuntas.
Air kemih berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut kadang-kadang berwarna kemerahan
Pada penekanan supra simfisis, akan terasa nyeri local yang juga menyebar ke daerah lipat paha
Secara mikroskpik, tampak peningkatan jumlah lekosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada specimen urine.
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan air kemih (urinalis untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala sering terjadi pada usia lanjut, yang bias menderita inkontinensia uri sebagai akibatnya.



2.4 DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Diambil contoh air kemih aliran tengah (midstream), agar air kemih tidak tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung penis. Air kemih kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk adanya sel darah merah atau sel adarah putih atau zat lainnya. Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan dalam jumlah yang banyak. Pada pria air kemih aliran tengah biasanya cukup untuk mengakkan diagnosis. Pada wanita contoh air kemih ini kadang dicemari oleh bakteri dari vagina. Sehingga perlu diambil contoh air kemih langsung dari kandung kemih dengan menggunakan kateter.
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa sistitis adalah :
Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, urete, dan kandung kemih.
Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik air kemih dari kandung kemih dan penyempitan uretra
Uretogram retrograde, untuk mengetahui adanya penyempitan, fistula.
Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung denagn serat optic.
Penanganan
umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, dan rangsangan untuk selalu berkemih. Makin sering berkemih, nyeri akan semakin bertambah
Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan perawatan dan observasi ketat.
Terapi antibiotika yang dipilh, pemberian antibiotic per oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi. Apabila antibiotika tunggal kurang memberikan manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya. Missal : amoksilin 4 x 250 mg per oral, digabung dengan gentamsin 2 x 80 mg secara intra muskuler selama 10 – 14 hari. Dua hingga 4 minggku kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi.
Pencegahan
Sebagai tindakan pencegahan pada penderita yang telah mengalami sistitis lebih dari 2 kali, antibiotic bisa terus diberikan dalam dosis rendah.
Antibiotic bisa diberikan setiap hari, 3 kali/minggu atau segera setelah melakukan hubungan seksual.
Dalam asuhan antenatal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologi air kemih, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.
Pengobatan
Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan. Untuk sistisis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh. Pemberian antibiotic per oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi. Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotic diberikan selama 7 – 10 hari.
Untuk meringankan kejang otot biasanya bisa diberikan atropine. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin. Gejalanya sering kali bisa dikurangi dengan membuat suasana air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.


Pembedahan dilakukan untuk mengatsi penyumbatan pada aliran kemih (uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan stuktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi. Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotic untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi ke saluran tubuh.












BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih. Kuman yang biasanya menjadi penyebab sistitis adalah E.Coli.
Gejala dan tanda sistitis adalah sebagai berikut :
- frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit
- air kemih berwarna lebih gelap
- pada penekanan suprasimfisis akan terasa nyeri local
- terjadi peningkatan eritrosit dan leukosit
Penanganan sistitis :
- dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
- Mengatur frekuensi berkemih
- Memberikan terapi antibiotika.













DAFTAR PUSTAKA

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroharjo.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstertri Fisiologi, Obstetri patologi, Jakarta : EGC

Taber, Benzion. 1994. Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

RETENSIO URINE

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Retensio urine pada wanita paling mungkin terjadi pada post partum atau setelah bedah pelvis. Penyebab-penyebab lainnya obstruksi uretra oleh uterus gravid yang inkarsereta dan herpes genetalia.
Retensio urine post partum dapat terjadi pada pasien yang mengalami kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan atau trauma dari dasar kandung kemih dengan edema trigonura.
Ketika terjadi retensi urine diperlukan kateterisasi. Kateter foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih agar tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan tonus normal. Bila kateter diangkat pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam 5 minggu betanikol klorida dapat memungkinkan dapat membantu.

2. TUJUAN
Mengetahui faktor yang mentebabkan terjadinya retensio urine dan tindakan yang perlu dilakukan.












BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
1.1 Eliminasi yaitu pengeluaran sisa-sisa zat yang tidak diperlukan oleh tubuh untuk mencapai keseimbangan (homeostasis).

1.2 Cara-cara eliminasi
1. Uretra  urine
2. Anus  feaces
3. Kulit  keringat
4. Paru-paru  CO2, uap air

2. ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

2.1 Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal kanan dan kiri columna vertebratis. Kedudukannya dari belakang mulai ketinggian vertebra terakolis ke 22 sampai vertebra lumbal ke 3.
Ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri. Bentuknya seperti kacang dengan warna coklat kemerah merahan. Satuan fungsional ginjal disebut “Nefron” terdapat ± 1.000.000 nefron dalam 1 ginjal. Setiap nefron terdiri dari elomelorus / badan malpighi.
Glamerolus merupakan anyaman pembuluh darah dalam kapsula bowman dimana pembentukan urine berasal.

2.2 Ureter
Berupa 2 pipa saluran pipa yang bersambung dengan ginjal berjalan kekandung kencing (vesika vrinasia). Panjang ureter ± 35-40 cm dengan diameter 3mm.

Ureter terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar (fibrosa)
b. Lapisan tengah yang berotot
c. Lapisan dalam (lapisan mukosa)
2.3 Vesika vrinasia = bladder =buli-buli
Bladder merupakan sebuah kantor yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampang urine (air seni). Kandung kemih ini bentuknya oblight untuk menghindari urine kembali keatas. Kapasitas kandung kaemih dewasa ±100-150 ml, urine dikatan masih normal sampai 200-400 ml.

2.4 Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untukmenyalurkan urine kebagian luar. Fungsi uretra antara pria dan wanita mempunyai fungsi berbeda dengan yang terdapat pada pria.
Pada pria uretra digunakan tempat pengalihan urine dan sebagai system reproduksi dengan penjang 18-20 cm dan terdiri atas 3 bagian yaitu prostate, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang).
Pada wanita, uretra berfungsi hanya untuk menyalurkan urine kebagian luar tubuh dengan panjang ± 4 cm.


3. PROSES BERKEMIH
Berkemih Merupakan proses pengosongan Vesika Orinaria. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urin oria berisi kurang lebih 250-450 cc (dewasa) dan 200-250 cc (anak-anak).

Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf dinding vesika urianria. Kemudian rangsangan tersebut diteruskan melalui medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih terdapat dikorteks serebal. Selanjutnya otak memberikan rangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris di daerah sacral, kemudian terjadi koneksasi otot detrosor dan relaksasi otot stinger internal.
Komposisi Urine :
1. Larutan (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan organic
Urea, Amonia, kretein dan asam urat
b. Larutan anorganik
Na+, cl,k+, So4, Mg+,Po4
Nacl merupakan gram anorganic yang paling banyak
4. KARAKTERISTIK URINE NORMAL
Volume
Pada orang dewasa jumlah rata-rata urin kira-kira 250-450 ml sekitar 5 – 10 ml kosong kandung kemih
Warna
Warna urine normal antara kuning terang sampai kuning gelap. Urine menjadi gelap atau kecoklatan jika intake cairan menurun.
Kejernihan
Urine normal adalah transparan
Bau
Bau urine normal adalah khas, secara umum semakin encer urine maka baunya akan semakin lemah sedangkan konsentrasi urine semakin tinggi maka akan menguatkan bau


BAB III
RETENSIO URINE

1. DEFINISI
Retensio Urine
Adalah kesulitan BAK atau miksi karena kegagalan mengeluarkan urine dari vesika urinaria (kapita selecta)
Retensio Urine
Adalah proses menahan urine yang secara normal diekresi oleh tubuh (kamus kedokteran)
Retensio Urine
Adalah merupkan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi vesika urania atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.

2. ETIOLOGI
Retensio Urine dapat dibagi menjadi 3 lokasi yaitu :
1) Supravesikal
Berupa kerusakan pada pusat miski di medulla spinalis S2 –S4 setinggi T12-L1 : keruasakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian atau seluruhnya.
2) Vesikal
Berupa kelemahan otot destrusor karena lama teregang
3) Infravesikal
Berupa pembesaran Prostat, kekakuan leher vesika, striktur batu kecil, tumor pada leher vesika.

Terjadi beberapa gangguan BAK yaitu (tanda klinis Retensia Urine) :
Mengedan bila miksi
Rasa tidak puas sehabis miksi
Frekuensimiksi bertambah
Nokturia atau pancaran kurang kuat
Ketidak nyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria

3. RETENSIO URINE PADA WANITA POST PARTUM
Retensio Urine pada wanita paling mungkin terjadi pada post partum atau lebih setelah bedah pelvis.
Penyebab-penyebabnya meliputi :
Anastesia
Gangguan sementara control saraf kandung kemih
Trauma traktus genetatis
Hematom yang besar

Bila kandung kemih menjadi sangat mengembang, pasien tidak dapat berkemih atau hanya dapat mengeluarkan sedikit urine. Pada pemeriksaan abdomen uterus lebih tinggi dari yang diperkirakan karena tergeser ke atas oleh kandung kemih yang mengembung.
Ketika kendung kemih menjadi sangat mengembang diperlukan kateterisasi keteter foley ditinggal dalam kandung kemih selama 24-48 jam untuk menjaga kandung kemih agar tetap kosong dan memungkinkan kandung kemih menemukan tonus normal.
Bila kateter diangkat pasien harus dapat berkemih secara spontan dalam waktu 4 jam. 5 mg betanikol klorida (urecholine) mungkin dapat membantu. Setelah berkemih spontan, kandung kemih harus dikateter kembali untuk memstikan bahwa residu urine minimal. Bila kandung kemih mengadung lebih dari 100 ml urine drainase kandung kemih dilanjutkan kembali.
Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan berlangsung merupakan factor predisposisi terjadinya retensi urine satu jam pertama sampai beberapa hari post partum. Perubahan ini juga dapat memberikan gejala dan kondisi patologis yang mungkin memberikan dampak pada perkembangan fetus dan ibu. Residu urine setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan 50 ml, jika residu urine ini lebih urine post partum berkisar 1,7% sampai 17,9%. Secara umum penanganannya dianvali dengan kateterisasi. Jika residu urine lebih dari 700 ml, antibiotic profilaksis dapat diberikan karena penggunaan kateter dalam jangka panjang dan berulang.

4. PATOFISIOLOGI
Proses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian dan penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini sering berlawanan dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal penyimpanan dan pengeluaran urine dikontrol oleh system saraf otonom dan somatic. Selama fase pengisian, pengaruh system saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih. Penyimapanan urine dikoordinasikan oleh hambatan system simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher kandung kemih dan proksimal utera.
Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yang simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh system saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter utama yaitu asetilkholin, suatu agen kolinergik.
Selama fase pengisian impuls afferent ditransmisikan ke saraf sensoris pada ujung ganglion dorsal spinal sacral segmen 2-4 dan informasikan ke batang otak.impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat kemih sacral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sacral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi otot halus dan seklet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya urine dengan resistensi saluran yang minimal.
Retensi post partum paling sering terjadi. Setelah terjadi kelahiran pervaginam spontan, disfungsi kandung kemih tetjadi 9-14% pasien, setelah kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat menjadi 38%. Retensi ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara otot detrusor-sphinceter dengan relaksasi utera yang tidak sempurna yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema. Sebaliknya pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah section cesaria biasanya akibat dari berkontraksi dan kurang aktifnya otot detrusor.
Kesulitan Miksi

Terganggunya proses pengeluaran urine

Urine terkumpul di vesika urinaria

Urine tidak bisa keluar
↓ ↓ ↓



5. DIAGNOSIS
Dengan pemasangan kateter atau para sentries kandung kemih
Kesulitan memasukkan kateter biasanya terjadi ketika melalui pars bulbosa dan membrananesa. Bila terjadi keslulitan jangan dipaksakan mungkin terdapat striktur, spasme yang terutama terjadi di pars membrananesa atau batu pada ureta.
Bila ujung kateter terhalang oleh lobus tengah prostate maka memasukkan kateter dapat dibantu dengan mendorong ujung kateter kea rah atas lewat R-T.
Pada waktu kateterisasi setelah masuk 6-7 cm terhenti, ada beberapa kemungkinan yang terjadi yaitu :
1) Struktur Utera
2) Salah jalan, biasanya akan keluar darah
3) Batu utera, ketok batu posistif dan biasanya batu teraba dari luar sepanjang utera atau perineum.
4) Spasme yang biasanya terjadi di membrananesa. Dengan tekanan continue yang tidak terlalu keras akhirnya spasme akan dibatasi.
PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.

MEKANISME KEHILANGAN PANAS
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
• Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
• Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
• Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
• Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

MENCEGAH KEHILANGAN PANAS
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
• Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairak ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
• Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih dan kering).
• Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutupi.
• Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
• Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan:
 Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
 Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suku aksila antara 36.5oC – 37.5oC). jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36.5oC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
 Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan.
 Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi selama dimandikan.
 Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
 Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk yang bersih dan kering.
 Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
 Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik.
 Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
• Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

MEKANISME KEHILANGAN PANAS
EDEMA

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badn serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
Edema ialah edema biasa yang terjadi pada kehamilan normal sehingga edema bukan tanda pre eklampsi yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga dimulai terjadi pada tangan dan wajah. Kadng-kadang edema tidak terlihat jelas pada pemeriksan teapi termanifestasi sendiri dalam bentuk kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg/lebih dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan adalah indikasi pre eklampsi.
Edema dapat terjadi di bagian berikut:
• Bagian depan kaki
• Tangan dan jari tangan
• Wajah dan kelopak mata
• Dinding abdomen
• Vulva
• Daerah sacrum
Swelling atau bengkak atau edema selama kehamilan adalah biasa. Tubuh bumil memproduksi 50% lebih banyak darah dan cairan lain untuk kebutuhan bayi. Kelebihan darah dan cairan lain tersebut membutuhkan tempat dan menyebakan bengkak-bengkak pada tangan, wajah, kaki, angkel, dan paha atau betis.
Edema biasa nampak pada bulan ke-5 dan lebih pada trimester ketiga. Beberapa hal yang memicu parahnya edema adalah:
• Cuaca panas
• Berdiri terlalu lama
• Kecapekan
• Kebanyakan sodium, biasanya pada garam
• Kebanyakan cafein
• Kurang potassium
Mengatasi edema/bengkak-bengkak/swelling dengan cara:
• Tidak berdiri terlalu lama
• Gag panas-panasan di luar
• Rebagan dengan kaki agak terangkat
• Sepatu/sandal yang enak, jangan yang berhak tinggi
• Pake stocking ketat tapi tidak nyekik, ada yang khusus buat bengkak
• Jangan pakai pakaian ketat
• Pijit
• Minum air putih sebanyak-banyaknya
• Kurangi sodium pada garam
Edema atau swelling atau bengkak-bengkak pada kehamilan bisa berbahaya apabila disertai dengan tekanan darah tinggi. Hal tersebut tanda-tanda pre-eklampsia atau keracunan janin.
Preeklamsia adalah masalah umum yang timbul saat kehamilan. Preeklamsia adalah tingginya tekanan darah dan kelebihan kadar protein dalam urin setelah kehamilan berusia 20 mingu. Seringkali preeklamsia ini hanya merupakan peningkatan tekanan darah. Tetapi bilatidak dijaga kemungkinan dapat berakibat fatal, kemungkinan komplikasi pada ibu dan bayinya.
Satu-satunya pengobatan yang paling manjur adalah dengan segera melahirkan, terutama bila preeklamsia ini terjadi saat kehamilan mendekati masa-masa kelahiran. Teapi jika preeklamsia ini terjadi pada masa awal kehamilan, maka dokter akan berusaha memperpanjang kehamilan sampai bayi dianggap telah cukup untuk lahir.

TANDA DAN GEJALA
Tanda preeklamsia adalah dengan naiknya tekanan darah (hipertensi) dan terdapatnya kadar protein dalam urin yang berlebihan (proteinuria) setelah kehamilan mencapai 20 minggu. Kelebihan protein ini akan mempengaruhi kerja ginjal. Beberapa tanda dan gejala lain dapat datang bertahap maupun tiba-tiba seperti:
• Sakit kepala
• Masalah penglihatan, termasuk kebutaan sementara, pandangan buram dan lebih sensitive pada cahaya atau silau
• Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah rusuk sebelah kanan
• Muntah
• Pusing
• Berkurangnya volume urine
• Berat badan yang naik secara cepat, biasanya di atas 2 kg per minggu
Pembengkakan (edema) pada wajah dan tangan sering menyertai preeklamsia walaupun tidak selalu merupakan gejala dari preeklamsia karena edema ini terjadi juga pada kehamilan yang normal.
Selain preeklamsia ini, beberapa kelainan tekanan darah saat hamil antara lain:
• Hipertensi kehamilan. Ibu hamil dengan hipertensi kehamilan tidak terdapat kelebihan protein dalam urin. Hipertensi kehamilan ini mungkin dapat berkembang menjadi preeklamsia
• Hipertensi kronis. Tingginya tekanan darah yang terjadi sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu atau sampai 12 bulan setelah kelahiran.
• Preeklamsia superimpose pada hipertensi kronis. Istilah ini menggambarkan ibu dengan hipertensi kronis sebelum kehamilan dan berkembang lebih buruk dengan protein urin berlebihan saat kehamilan.

PENYEBAB
Preeklamsia dahulu disebut sebagi toksemia, karena diperkirakan adanya racun dalam aliran darah pada ibu hamil. Walaupun teori ini sudah dibantah, tetapi penyebab preeklamsia sesungguhnya belum diketahui. Yang mungkin menyebabkan antara lain:
• Kelainan aliran darah menuju rahim
• Kerusakan pembuluh darah
• Masalah dengan system ketahanan tubuh
• Diet atau konsumsi makanan yang salah

FAKTOR RESIKO
Preeklamsia hanya terjadi pada kehamilan. Factor penyebab resiko yang terlibat antara lain:
• Sejarh preeklamsia. Ibu hamil dengan sejarah keluarga menderita preklamsia akan meningkatkan resiko terkena preklamsia pula
• Kehamilan pertama. Resiko terkena preklamsia akan lebih tinggi pada ibu hamil saat kehamilan pertama
• Usia. Ibu hamil berusia di atas 35 tahun akan lebih besar resikonya menderita preeklamsia
• Obesitas. Preklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas
• Kehamilan kembar. Mengandung bayi kembar juga meningkatkan resiko preklamsia
• Kehamilan dengan diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki resiko preeklamsia seiring perkembangan kehamilan
• Sejarah hipertensi. Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus akan meningkatkan resiko terkena preklamsia
Penelitian tahun 2006 terhadap ibu hamil dengan kadar protein menemukan bahwa protein ini mempengaruhi perkembangan dan fungsi pembuluh darah, membantah teori bahwa preklamsia disebakan oleh ketidaknormalan pembuluh darah menuju plasenta. Tetapi pemeriksaan darah tetap merupakan alat yang efektif untuk mendiagnose preklamsia.
PEMERIKSAAN dan DIAGNOSA
Akan dinyatakan terkena preklamsia jika anda mengalami hipertensi dan kadar protein urin yang tinggi pada umur kehamilan di atas 20 minggu. Biasanya terdiagnose secara tidak sengaja saat pemeriksan rutin sebelum kelahiran.
Tekanan darah yang normal pada saat kehamilan adalah lebih rendah dari 130/85 mmHg. Jika terbaca di atas 140/90 mmHg masih dapat dinyatakan normal bila dilakukan sekali. Tetapi pemeriksaan ulang yang menunjukkan pembacaan tidak normal dapat dikategorikan merupakan indikasi ketidaknormalan. Biasnya akan melakukan pemeriksaan lebih teliti dan bila mungkin akan melakukan tes lebih lanjut untuk mengetahui kadr protein dalam urin.
Jika dinyatakan menderita preklamsia, maka akan menganjurkan untuk memeriksakan hati dan ginjal. Pemeriksaan sel darah juga dilakukan untuk memeriksa kemungkinan sel yang dapat menghambat aliran darah. Dokter juga akan memeriksa lebih teliti dan memonitor lebih ketat perkembangan janin, biasanya dengan USG.
Untuk menjaga janin tetap memperoleh pasokan oksigen dan makanan yang cukup, maka dianjurkan ibu hamil dengan preklamsia untuk melakukan tes stress janin yang mengukur pergerakan bayi dan denyut jantung bayi.

KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi preklamsia antara lain:
• Berkurangnya aliran darah menuju plasenta. Preklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat berakibat pertumbuhan janin melambat atau kelahiran dengan berat bayi berkurang.
• Lepasnya plasenta. Preklamsia dapat meningkatkan resiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir. Selanjutnya dapat menyebabkan perdarhan dan kemungkinan dapat megamcam bayi maupun ibunya.
• Sindrom HELLP. HELLP adalah singkatn dari Hemolyssi (perusakans el darh merah), Elevated liver enzyme dan low platelet count (meningkatkan kadar enzin dalam hati dan rendahnya jumlah sel darh dalam keseluruhan darah). Gejalanya antara lain pening dan muntah, sakit kepala dan nyeri perut atas.
• Eklamsia. Jika preklamsia tidak terkontrol maka terkjadi eklamsia. Eklamsia ini dapat berujung pada kerusakan permanent organ tubuh ibu seperti otak, hati atau ginjal. Jika eklamsia tidak terkontrol dapat menyebabkan koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.

TERAPI DAN PENYELAMATAN
Obat satu-satunya yang manjur adalah dengan segera melakukan kelahiran. Tetapi jika preklamsia terjadi pada awal masa kehamilan maka yang bias dilakukan antara lain:
• Bed rest. Mengulur waktu kelahiran bayi dengan istirahat total agar tekanan darah turun dan meningkatkan aliran darah menuju plasenta untuk mencoba mempertahankan janin. Anda akan diharuskan berbaring total dan hanya diperbolehkan duduk atau berdiri jika memang benar-benar diperlukan. Tekanan darah dan kadar protein urin juga akan dimonitor secara ketat. Jika preklamsia ini sudah parah, maka kemungkinan akan disarankan untuk beristirahat di rumah sakit. Rumah sakit akan melakukan tes stress janin untuk memonitor perkembangan janin.
• Obat hipertensi. Dokter dapat merekomendasikan pemakaian obat penurun tekanan darah. Pada preklamsia parah dan sindrom HELLP, obat costicosteroid dapt memperbaiki fungsi hati dan sel darh. Obat ini juga dapat membantu paru-paru bayi tumbuh untuk kemungkinan penanganan kelahiran premature.
• Melahirkan. Melahirkan adalah cara terakhir mengatasi preklamsia. Pada preklamsia akut/parah maka dokter akan menganjurkan kelahiran premature untuk mencegah akibat yang lebih buruk. Tetapi kelahiran ini juga diperlukan kondis minimal seperti kesiapan tubuh ibu, kondisi janin. Diharapkan tekanan darah akan segera turun setelah proses kelahiran dan akan normal setelah beberapa hari.

PENCEGAHAN
Belum diketahui sebab pasti penyebab preklamsia. Mengurangi konsumsi garam diperkirakan juga tidak efektif menurunkan resiko preklamsia. Cara terbaik adalah memeriksakan secara teratur kondisi ibu dan janin. Preklamsia yang terdiagnose lebih awal akn memudahkan dokter menyarnkan terapi yang lebih tepat untuk ibu dan janinnya.

Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Home Design. Powered by Blogger