21 Maret, 2009

ASUHAN KEBIDANAN DIARE

Diare
Definisi:
Diare ialah keadaan frekuensi buangn air besar lebih Dari 4 kali pada bayi dan 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa factor:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi interal sebagai berikut :
− Infeksi bakteri : Vibrio, E. Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
− Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomylitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain — lain.
− Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis). Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parental ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
− Malasobsorbsi karbohidrat : disakarida (inteloransi laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida ( intoleransi glukosa, dan galaktosa).
− Malabsorrpsi lemak
− Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)



Patogeneis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
1. Gangguan osmotik.
Akibatnya terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan
2. Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare.
3. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistatik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tubuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pule.

Patofisiologi
Sebagai akibat diare akan terjadi
1. Kehilangan air dan elekrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah.

Gambaran Klinik
Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian diare timbul. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercamur dengan empedu. Anus dan daerah sekitrnya timbul lecet karena sering deteksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh selama diare. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan. mulut Berta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi riangan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lemah, kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus).

Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi berikut:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
Ciri-Ciri Dehidrasi :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5% dar berat badan
Tanda :
o Turgor kulit kembali cepat
o Mulut dan lidah basah
o Produksi urine normal
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 – 8% dari berat badan
Tanda :
o K/U gelisah atau rewel
o Mata cekung
o Mulut dan lidah kering
o Haus, ingin minum banyak
o Turgor kulit kembali lambat
o Oligorion

c. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan > 10% dari berat badan
Tanda :
o Lesu, lunglai, kesadaran menrun
o Mata sangat cekung dan kering
o Tirgor kulit kembali sangat lambat
o Anuria

2. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
3. Hipoglikemia
4. Kejang
5. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)

Penatalaksanaan
Medik
Dasar pengobatan diare adalah:
1. Pemberian cairan; jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya)
2. Diatetik (cara pemberian makanan)
3. Obat-obatan.

1. Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum:
a. Cairan per oral; Pada pasien dengan dehidarasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral cairan berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL, dan glukosa. Formula lengkap sering disebut oralit.
b. Cairan Parenteral;



Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Di Bawah 2 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 50
27
125 100
100
200 25
25
25 175
200
350

Tabel Kehilangan Cairan Menurut Derajat Dehidrasi
Pada Anak Usia 2 – 5 Tahun.
Derajat Dehidrasi PWL* NWL** CWL*** Jumlah
Ringan
Sedang
Berat 30
50
80 80
80
80 25
25
25 135
155
185
Keterangan :
* PWL : Previus Water Losses (ml/kg BB)
 cairan yang hilang karena muntah
** NWL : Normal Water Losses (ml/kg BB)
 karena urin, penguapan kulit, pernapasan
*** CWL : Concometant Water Losses (ml/kg BB)
 karena diare dan muntah-muntah

Cara memberikan cairan:
a. Belum ada dehidrasi
− Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
− 1 jam pertama: 25-50 ml/kgbb per oral (intragastrik)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum
c. Dehidrasi Sedang
− 1 jam pertama: 50-100 ml/kgbb per oral (sonde)
− Selanjutnya: 125 ml/kgbb/hari ad libitum

d. Dehidrasi berat
• Untuk anak I bl — 2 th berat badan 3 — 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml
15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
• Untuk anak lebih dari 2 — 5 tahun dengan berat badan 10 — 15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBBoralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk anak lebih 5 — 10 tahun dengan BB 15 — 25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes)
7 jam berikutnya : 10 ml/kgBB/jam atau 2'/2tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikutnya : 105 mI/kgBB oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 11/2 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2 — 3kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan: Cairan 4: 1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian Na1HCO3 11/2%).
Keeepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).20 jam berikutnya 150 ml/kgBB/20jam atau 2 tetes/kg)3B/menit (1 ml = 15 tetes) stau 11/2tetes/kg) 3B/menit (1 ml = 20 tetes).
• Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg. Kebutuhan cairan 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan : Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 11/2%). Kecepatan cairan sama dengan pada bayi baru lahir.
• Cairan untuk pasien MEP sedang dan beret dengan diare dehidrast berat Misalnya untuk anak umur 1 bulan — 2 bulan dengan berat badan 3 — 10 kg, jenis cairan DG aa dan jumlah cairan 250 ml/kgBB/24 jam (lihat tabel 3 — 3).
Kecepatan : 4 jam pertama : 60 ml/kgBB/jam atau = 4 tetes/kgBB/ menit (1 ml = 15 tetes) atau 5 tetes/kg)BB/menit (1 ml = 20 tetes). 20 jam berikutnya : 190 ml/kgBB/20 jam atau 10 ml/kgBB/jam atau 21/2 tetes/kg/BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3 tetes/kgBB/mmit (1 ml = 20 tetes)

2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di etas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan
• Susu (ASI dan anak atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejejnis lainnya).
• Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
• Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.

Cara memberikannya :
Hari 1 : Setelah rehidrasi segera beriakan makanan per oral. Bila diberi ASI / susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selang - seling dengan ASI, misalnya 2 kali LSI / susu khusus, 1 kali oralit.
Hari ke — 2 sampai ke — 4: ASI / susu formula rendah laktosa penuh.
Hari ke — 5 : Bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makan biasa, disesuaikan dengan umur bayi dan berat badannya.

3. Obat — obatan
Prinsip pengolahan diare ialah menggunakan ciran yang hilang melalui tinja dengan atau wpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain gala, air tajin, tepung bergs dan sebagainya).
− Obat anti sekresi :
Asetosal.dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg Klorprtomazim. Dosis 0,5 — 1 mg/kgBB/hari.
− Obat spasmolitik dan lain — lain.
− Antibiotik : Umumnya anti biotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. L
Umur 2 bulan dengan diare
Di RSUD dr.Iskak Tulungagung

I. Pengumpulan data dasar
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 25 Oktober 2008, pukul 08.00 WIB di Bidan Khotijah.

BIODATA
1. Klien
Nama : bayi Ny. L
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : I

2. Orang tua
Nama : Tn B / Ny.L
Umur : 25 tahun / 22 tahun
Agama : Islam / islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Swasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Sumbergempol

Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel, tidak mau menetek dan sering buang air besar 5 – 7x/hari dan sangat encer.


Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Intranatal
Bayi lahir secara spontan pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2008 jam 07.45 WIB, ditolong oleh bidan. AS: 7 – 10, BB: 3000 gr; LD: 20 cm; LK: 34 cm; PB 50 cm; tak ada kelainan konginetal.
2. Riwayat tumbuh kembang
Bayi lahir dengan BB 3000 gram, PB : 50 cm, LD : 32 cm, LK : 35 cm
Reflek : suching +, Rooting +, Moro +/+, Graps +/+
3. Riwayat imunisasi BBL :
o Hepatitis B
o Polio atau pertama
o BCG
4. Perawatan tali pusat :
Perawatan tali pusat dilakukan setelah bayi lahir, di tali rapat dan dibungkus kasa kering.

Pola Kegiatan sehari-hari
Sebelum sakit Selama sakit
A. Pola Nutrisi




B. Pola eliminasi








C. Pola Istirahat

D. Personal Hygiene Sesering mungkin 2 jam sekali minum ASI



BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 6- 8x/hari, warna jernih, tidak ada darah atau Pus

Siang dan malam ± 18 jam

Mandi : 2x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 10 – 12x sehari Minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada pus atau darah
BAK : 4 – 6 sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau pus
Siang dan malam ± 16 jam
Mandi : 1x sehari
Ganti baju : 2x sehari
Ganti popok : 2x sehari

1. Pola Nutrisi
o Sebelum sakit : sesering mungkin minimal 2 jam sekali minum ASI
o Selama sakit : minum ASI tiap 3 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
2. Pola eliminasi
o Sebelum sakit :
BAB : 3 – 4 sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 6 – 8x sehari, warna jernih, tidak ada darah atau PUS.
o Selama sakit :
BAB : 5 – 7x sehari, warna hijau, konsistensi encer, bau khas, tidak ada PUS atau darah
BAK : 4 – 6x sehari, warna kuning keruh, tidak ada darah atau PUS
3. Pola Istirahat
o Sebelum sakit : siang dan malam ± 18 jam
o Selama sakit : siang dan malam ± 16 jam
4. Personal Hygiene
o Sebelum sakit :  mandi : 2 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 10 – 12 x sehari
o Selama sakit :  Mandi : 1 x sehari
:  Ganti baju : 2 x sehari
:  Ganti popok : 2 x sehari

Pola Psikososial
Hubungan orang tua dengan anak anak baik dan merupakan anak yang diingin-inginkan.

Tanda-tanda vital
TTV  Nadi : 154 x/menit
Respirasi : 40 x/menit
Suhu : 37,5˚C
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis

Pemeriksaan Fisik
1. kepala
simetris, ubun-ubun besar sudah menutup, tidak ada molase, tidak ada caput succedaneum, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
2. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih keabu-abuan, palpebra tidak odema
3. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
4. mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir dan palatum sumbing, warna pucat, tidak ada luka, tidak ada seilosis, bibir kering
Lidah : bersih, tidak glostis, merah jambu
Gusi : Warna merah jambu, tidak gingivitas
5. Telinga
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar teroid, vena jugularis, kelenjar limfe
6. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid, vena jugularis, kelenjar limfe.
7. Dada
Simetris, bunyi jantung cepat dan lemah, tidak ada ronchi, wheezing dan mur-mur.
8. Abdomen
Simetris, tidak ada luka pada umbilikal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat, turgor berkurang.
9. Anogetalia
Bersih, testis sudah turun di skrotum, tidak ada kelainan pada genetalia, dan teraba lubang anus.
10. Ektrimitas
Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak ada lesi atau luka, tidak ada gangguan pergerakan.
11. Pungung
Simetris, tidak ada luka/lesi, bersih
12. Pemeriksaan reflek
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +/+
d. Graps +/+
13. Status Gizi
a. Sebelum sakit
○ BB :3900 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm
b. Selama sakit
○ BB :3850 gram
○ PB: 50 cm
○ LD: 32 cm
○ LK: 35 cm

Pemeriksaan Penunjang
− HB 12,1 gr%
− Leukosit 13500/cmm
− Hematokrit 37%
− Trombosit 483000 cmm

Kesimpulan
Bayi Nyonya L dengan disre ciri-ciri frekuensi buang air lebih dari 4x, konsistensi encer, berwarna hijau.

II IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA
 S : Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang ,a,u bayinya rewel, panas, sering buang air besar dan sangat encer (5 – 7x/hari, berwarna hijau)
Kesadaran umum : Baik
Kesadaran : composmetis
 O :
TTV N:154 x/menit
S = 37,5˚C
R = 40 x/menit
Pemeriksaan Fisik
○ Bibir : Warn apucat dan kering
○ BAB : 5 – 7 x/sehari, warna hijau konsistensi encer
○ Mata : konjungtiva pucat
○ Dada : denyut jantung cepat dan lemah
○ Abdomen : Turgor berkurang dan kembali tiap 4 detik
Diagnosa: Diare

DATA DASAR

 DS: Ibu mengatakan bahwa sejak 1 hari yang lalu bayinya rewel dan tidak mau menetek.
○ Ibu mangatakan selama sakit, anaknya minum ASI tiap 3 jam sekali

 DO: Status gizi
○ Selama sakit berat badan turun 50 gr jadi 3850 gr.
○ Turgor kulit berkurang kembali 4 detik MASALAH

Masalah :
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
○ Dehidrasi, hypoksia

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA  Pemasangan Infus Rl
○ Klaborasi dengan Sp.A


V. VI. VII. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI
DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Diagnosa
Diare
Tujuan:
1. Diare yang diderita klien menjadi sembuh.
Kriteria hasil :
1. BAB kembali normal dengan frekuensi 1-3 x/hari
2. Konsistensi lunak dan warnanya tidak hijau
3. Denyut jantung kembali normal yaitu 120-160 x/menit
4. Pernafasan normal dengan frekuensi 40-60 x/menit 1. BHSP
Rasional:
Dengan membina hubungan saling percaya diharapkan klien dan keluarga dapat bekerja sama dengan baik sehingga memudahkan tindakan medis
2. Jelaskan pada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
Rasional:
Dengan menjelaskan keadaan pasien diharapkan keluarga klien akan mengerti tentang keadaan pasien saat ini
3. Berikan oralit
Rasional:
Mengurangi BAB bayi
4. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
Rasional:
Dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup (ASI) diharapkan kebutuhan-kebutuhan nutris bayi terpenuhi dan dapat membantu proses penyembuhan
5. Pasang infuse RL
Rasional:
Pemberian infus RL dapat mencegah dehidrasi dan mencegah/mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
6. Bersihkan dengan air DTT pada anus saat BAB
Rasional:
Air DTT merupakan steril sehingga dapat mencegah terjadinya iritasi/infeksi
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
Rasional:
Untuk bisa memberikan obat yang terbaik bagi pasien

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 08.00 WIB
1. Membina hubungan saling percaya antara klien/keluarga pasien dengan petugas kesehatan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang keadaan pasien saat ini
3. Memberikan oralit
4. Menganjurkan kepada Ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI pada bayinya
5. Memasang infuse RL 12 tetes/menit
6. Membersihkan anus pada saat BAB dengan air DTT
7. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 12.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB berkurang menjadi 5-6 x/sehari
O :
○ Bayi nampak lebih tenang
○ Frekuensi BABnya sudah nampak mulai berkurang
○ Konsistensi BABnya sudah tidak encer lagi
○ Denyut jantung 140 x/menit
○ Pernafasannya 30 x/menit.
A: Dx: Diare
P: Rencana keperawatan dilanjutkan nomer 3,4, 5, 6, 7



DX / Masalah Tujuan / Kriteria keberhasilan Intervensi
Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi bayi tercukupi
Kriteria hasil :
− Berat badan bayi naik
− Konjungtiva merah muda
− Bibir tidak pucat dan kering lagi
− Turgor kulit membaik
− Bayi mau menetek pada ibu 1. Anjurkan pada ibu untuk berpantangan terhadap makanan
Rasional:
Hal ini dapat membantu produksi ASI sehingga kebutuhan nutrisi bayi akan terpenuhi secara baik
2. Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
Rasional:
Hal ini dapat membantu pemenuhan nutrisi sang bayi
3. Anjurkan pada ibu tidak memberikan makanan selain ASI
Rasional:
Usus bayi belum cukup kuat/sempurna untuk menerima makanan sehingga bila diberi makanan malah akan menyebabkan diare

Implementasi Evaluasi
Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 13.00 WIB
1. Menganjurkan pada ibu untuk tidak berpantangan terhadap makanan: misalnya; telur, daging, ayam, satur, dan lain sebagainya. Hal ini dapat menghambat produksi ASInya.
2. Menganjurkan pada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya yaitu minimal 2 jam sekali
3. Menganjurkan pada ibu untuk tidak memberikan makanan/minuman selain ASI karena hal ini dapat menyebabkan diare Dilakukan pada tanggal 25 Oktober Pukul 17.00 WIB
S :
Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mau minum, 2 jam sekali minum asi
O :
○ Bayi nampak tenang
○ Berat badan bayi naik menjadi 3875 gr
○ Konjungtiva merah muda
○ Bibit tidak kering
○ Turgor kulit baik
○ Bayi mau menetek
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan ibu untuk mempertahankan agar bayinya mau minum ASI 2 jam sekali

DAFTAR PUSTAKA

Wahidiyat, Iskandar. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: ECG
Mansyoer, Arif. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: FKUI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Home Design. Powered by Blogger