21 Maret, 2009

SISTITIS AKBID UNITA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Infeksi kandungan kemih umumnya terjadi pada wanita terutama pada masa reproduksi. Beberapa wanita menderita inveksi kandung kemih semua berulang.
Mengingat pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa Akademi Kebidanan dan untuk memenuhi tugas ASKEB III maka kelompok kami membahas “SISTITIS”

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab sistitis
2. Agar mengetahui cara pengobatan lebih lanjut
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala
4. Agar mengetahui cara pencegahannya
5. Menegakkan diagnosa berdasarkan gejala yang kha












BAB II
PEMBAHASAN
SISTITIS

2.1 DEFINISI
Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.


2.2 PENYEBAB
Faktor utama adalah E.Coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra wanita yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di utera untuk masuk ke dalam kandung kemih.
Bakteri dari vagina bisa berpindah dari uretra ke kandung kemih. Wanita sering menderita infeksi kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra mengalami cedera pada saat melakukan hubungan seksual.



Kadang infeksi kandung kemih berulang pada wanita terjadi karena adanya hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina (fistula vesikovaginal). Infeksi kandung kemih jarang terjadi pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang bergerak menuju prostate lalu ke kandung kemih.
Penyebab tersering dari infeksi kandung kemih pada pria adalah infeksi prostate karena bakteri yang bersifat menetap. Antibiotic dengan segera akan melenyapkan bakteri dari air kemih di dalam kandung kemih, tetapi antibiotic tidak dapat menembus prostate dengan baik sehingga tidak dapat meredakan infeksi di dalam prostate. Karena itu, jika pemakaian antobiotik dihentikan, maka bakteri yang berada di dalam prostate akan cenderung kembali menginfeksi kandung kemih.
Hubungan abnormal antara kandung kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang menyebabkan bakteri pembentuk gas masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih. Infeksi ini bisa menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung udara di dalam air kemih (pneumaturia).

2.3 GEJALA DAN TANDA
Hampir 95% infeksi terbatas pada kandung kemih dan sebagian besar wanita hamil dengan sistitis mengeluh nyeri pada daerah supra simpisis atau nyeri saat berkemih (disuria). Gejala dan tanda lain yang sering dijumpai adalah :
Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga menimbulkan rasa tidak puas atau tuntas.
Air kemih berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut kadang-kadang berwarna kemerahan
Pada penekanan supra simfisis, akan terasa nyeri local yang juga menyebar ke daerah lipat paha
Secara mikroskpik, tampak peningkatan jumlah lekosit, sejumlah eritrosit, bakteri pada specimen urine.
Kadang infeksi kandung kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan air kemih (urinalis untuk alasan lain). Sistitis tanpa gejala sering terjadi pada usia lanjut, yang bias menderita inkontinensia uri sebagai akibatnya.



2.4 DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas. Diambil contoh air kemih aliran tengah (midstream), agar air kemih tidak tercemar oleh bakteri dari vagina atau ujung penis. Air kemih kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk adanya sel darah merah atau sel adarah putih atau zat lainnya. Dilakukan penghitungan bakteri dan dibuat biakan untuk menentukan jenis bakterinya. Jika terjadi infeksi, maka biasanya satu jenis bakteri ditemukan dalam jumlah yang banyak. Pada pria air kemih aliran tengah biasanya cukup untuk mengakkan diagnosis. Pada wanita contoh air kemih ini kadang dicemari oleh bakteri dari vagina. Sehingga perlu diambil contoh air kemih langsung dari kandung kemih dengan menggunakan kateter.
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa sistitis adalah :
Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, urete, dan kandung kemih.
Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik air kemih dari kandung kemih dan penyempitan uretra
Uretogram retrograde, untuk mengetahui adanya penyempitan, fistula.
Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung denagn serat optic.
Penanganan
umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, dan rangsangan untuk selalu berkemih. Makin sering berkemih, nyeri akan semakin bertambah
Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan perawatan dan observasi ketat.
Terapi antibiotika yang dipilh, pemberian antibiotic per oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi. Apabila antibiotika tunggal kurang memberikan manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya ataupun cara pemberiannya. Missal : amoksilin 4 x 250 mg per oral, digabung dengan gentamsin 2 x 80 mg secara intra muskuler selama 10 – 14 hari. Dua hingga 4 minggku kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi.
Pencegahan
Sebagai tindakan pencegahan pada penderita yang telah mengalami sistitis lebih dari 2 kali, antibiotic bisa terus diberikan dalam dosis rendah.
Antibiotic bisa diberikan setiap hari, 3 kali/minggu atau segera setelah melakukan hubungan seksual.
Dalam asuhan antenatal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan bakteriologi air kemih, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.
Pengobatan
Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan. Untuk sistisis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh. Pemberian antibiotic per oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi. Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotic diberikan selama 7 – 10 hari.
Untuk meringankan kejang otot biasanya bisa diberikan atropine. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin. Gejalanya sering kali bisa dikurangi dengan membuat suasana air kemih menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.


Pembedahan dilakukan untuk mengatsi penyumbatan pada aliran kemih (uropati obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan stuktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi. Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotic untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi ke saluran tubuh.












BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih. Kuman yang biasanya menjadi penyebab sistitis adalah E.Coli.
Gejala dan tanda sistitis adalah sebagai berikut :
- frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit
- air kemih berwarna lebih gelap
- pada penekanan suprasimfisis akan terasa nyeri local
- terjadi peningkatan eritrosit dan leukosit
Penanganan sistitis :
- dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
- Mengatur frekuensi berkemih
- Memberikan terapi antibiotika.













DAFTAR PUSTAKA

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroharjo.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstertri Fisiologi, Obstetri patologi, Jakarta : EGC

Taber, Benzion. 1994. Kapita Selecta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Home Design. Powered by Blogger